Selasa, 30 Desember 2008

Pesta Orang Mati Ala Toraja



Ketika berada di Toraja, saya sering mendengar cerita dari masyarakat tentang acara atau pesta kedukaan untuk orang meninggal yang dilakukan oleh orang Toraja yang bisa menghabiskan duit ratusan juta rupiah. Saya jadi penasaran seperti apa kegiatan kedukaan tersebut. Dari cerita-cerita yang saya kumpulkan, katanya setiap kegiatan pesta kedukaan, keluarga dan kerabat duka menyumbang dalam pesta tersebut. Baik itu uang, barang maupun binatang yaitu kerbau dan babi.

Karena penasaran, saya dan teman-teman satu team penelitian sudah merencanakan untuk menghadiri acara kedukaan jika seluruh proses wawancara di delapan kelurahan di Kecamatan Makale selesai. Namun dari informasi yang kami peroleh dari sejumlah warga, rupanya tidak ada acara kedukaan pada saat wawancara kami selesai yaitu sekitar tanggal 12 – 14 desember. Untung saja, ketika kami berada di kelurahan Kamali Pentaluan, pak Sumalinggi (ketua RT Pentaluan) mengajak kami ke acara kedukaan keluarganya di daerah Sa’dang Balusu di Rantepao tanggal sepuluh desember. Saya sangat senang bisa diajak ke pesta tersebut.

Saat tanggal sepuluh tiba, kami menyewa sebuah mobil avanza untuk dipakai ke lokasi tersebut, sekalian jalan-jalan ke beberapa tempat wisata yang ada di Toraja. Perjalan ke lokasi acara tersebut sekitar satu jam dari lokasi base camp kami di kelurahan Pantan kecamatan Makale. Perjalanan menuju lokasi acara tersebut cukup melelahkan, karena sekitar lima kilo meter kami harus melintasi jalan pengerasan yang berliku dan licin karena hujan. walaupun melelahkan, saya cukup menikmati perjalanan tersebut, karena banyak pemandangan indah yang dijumpai saat perjalanan tersebut, sampai tidak terasa akhirnya kami sampai juga di lokasi acara tersebut.

Kami kesana satu rombongan dengan keluarga pak Sumalinggi dari Kamali Pentaluan. Keluarga pak Sumalinggi menyumbang tujuh ekor babi pada keluarga duka di acara tersebut. Sebelum kami memasuki tempat acara rambu solo, rombongan kami terlebih dahulu mendaftar ke panitia acara pada pintu gerbang (pos) yang telah disiapkan panitia keluarga. Di pos tersebut, semua keluarga, kerabat dan tamu didaftar beserta sumbangan yaitu babi dan kerbau yang dibawa. Sayangnya, saya tidak sempat menyaksikan acara Mapasonglo, yaitu sebuah ritual atau kegiatan mengarak keliling jenazah dari rumah duka untuk berkeliling kampung dan kemudian kembali lagi ke rumah duka.

Setelah didaftar, panitia pendaftaran membawa nama-nama keluarga, kerabat dan tamu beserta sumbangannya (kerbau & babi) ke panitia acara (MC). Setelah MC membacakan nama-nama beserta sumbangannya, barulah rombongan bisa dipersilahkan masuk ke dalam area acara rambu solo. Rombongan kami disambut dengan tari-tarian adat dan kemudian dipersilahkan untuk masuk atau menempati pondok-pondok yang telah disediakan. Pondok-pondok yang ada telah diberi nomor, sehingga rombongan langsung menempati pondok berdasarkan nomor pondoknya yang telah ditetapkan panitia.

Prosesi selanjutnya adalah, rombongan keluarga duka menjamu kami dengan beberapa suguhan, seperti rokok, kopi, teh dan kue-kue untuk anggota laki-laki. Sedangkan untuk anggota perempuan dijamu dengan kopi, teh dan pinang serta sirih. Setelah seluruh rombongan telah selesai menikmati jamuan yang disediakan, rombongan yang menempati pondok-pondok tadi dipersilahkan untuk istirahat. Kemudian dipersilahkan menempati tempat istirahat yang telah disediakan oleh panitia berdasarkan rombongannya masing-masing. Dalam bahasa toraja disebut lantang (tempat istirahat untuk makan dan bersantai).

Rupanya, setelah rombongan kami, masih ada beberapa rombongan keluarga lagi yang sementara antri untuk masuk ke lokasi acara rambu solo tersebut. Kini, sayapun tahu alasan kenapa untuk sebuah acara kedukaan orang mati, kadang bisa menghabiskan duit sampai ratusan juta rupiah. betapa tidak, sebuah acara untuk pesta orang mati dipersiapkan oleh keluarga duka sampai berbulan-bulan lamanya. mulai dari persiapan membangun pondok, sampai menyediakan babi serta kerbau untuk dikorbankan pada acara tersebut.

Saya pun menyempatkan diri berfoto dengan sejumlah anak-anak dan gadis yang berpakaian adat Toraja, sebelum akhirnya meninggalkan lokasi acara tersebut. Budaya tersebut rupaya telah dilakukan orang Toraja dari ratusan tahun lalu, dan tetap dipelihara serta dilestarikan sampai sekarang. Suatu kebanggaan bisa menghadiri pesta adat acara kematian orang Toraja.
Toraja, 10 desember 2008

Menunggu Responden Pulang ke Rumah


Sore-sore, langit tampak mendung. Sesekali terdengar bunyi gelegar guntur menggemuruh di langit sebagai tanda kalau sebentar lagi akan hujan. Saat itu saya sedang duduk di atas sebuah batu besar yang ada di bawah pohon depan rumah bapak paulus rantealo, sambil memandang ke arah selatan, menikmati hamparan bebukitan, yang di bawahnya terdapat banyak pohon rindang

Sudah hampir satu jam saya duduk di situ. Menunggu pak paulus pulang ke rumahnya. Setelah beberapa kali mengetuk pintu rumahnya dan memberi salam, tidak ada seorangpun yang keluar dari dalam rumahnya. Tampaknya rumah itu sementara ditinggal pergi oleh penghuninya. Karena tidak ingin bolak balik ke base camp, saya pun memutuskan untuk menunggu di depan rumahnya.

Sore itu saya ditemani oleh dua batang rokok djie sam soe. Pada saat ingin membakar rokok, ternyata saya tidak membawa korek api. Sial! Heheheehe.. tidak lama berselang, ada seorang bapak melintas depan rumah pak paulus, kebetulan depan rumahnya adalah jalan poros kampung. Ia berjalan sambil merokok. Saya langsung bergegas menghampiri orang tersebut untuk membakar rokok yang ada di kantung saku celana. Hhhhsssssss… akhirnya mulut saya bisa mengepulkan asap rokok aroma tembakau djie sam soe. Sangat pas dengan lpkasi pegunungan toraja yang dingin. Hanya sayang, tidak ada secangkir kopi yang dapat menambah kehangatan suasana sore itu.

Saya mulai gelisah karena satu jam lebih sudah, rumah pak paulus masih tampak kosong. Belum ada tanda-tanda sedikitpun kalau rumah itu sudah terisi lagi oleh penghuninya. Kegelisdahan itu mulai bertambah ketika satu persatu butiran hujan mulai teradsa membasahi kulit.
Tidak lama berselang, hujan pun turun dengan deras. Karena tidak ingin kebasahan, akupun bergegas menuju bawah kolong rumah pak paulus, dan akhirnya yang saya tunggu-tunggu dating juga. Pak paulus beserta istrinya kembali dengan membawa sebuah pacul dan keranjang yang berisi sayur untuk makanan babi. Aku langsung memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatanganku. Rupanya mereka berdua baru saja pulang dari kebun yang jaraknya kurang lebih satu kilo meter dari rumahnya.

Paulus rantealo dan istrinya sangat ramah menyambutku. Tampa banyak pertanyaan, mereka langsung bersedia diwawancarai. Penantianku selama satu jam lebih serasa terbayar oleh kehangatan keluarga mereka. Apalagi saya disuguhi segelas kopi hangat dan diperbolehkan merokok saat wawancara, sebab pak paulus juga orangnya perokok.

Toraja, 04 des 2008

Ditolak Responden


Wawancara adalah pekerjaan yang kadang rumit, kadang pula menyenangkan. Ketika wawancara, saya banyak bertemu dengan orang-orang yang berbeda karakter. Mulai dari orang yang suka bercerita walaupun tudak berhubungan dengan topic yang diwawancarakan. Bertemu dengan orang yang pendiam dan tertutup. Berhadapan dengan orang yang jutek saat wawancara. Kadang juga berjumpa dengan orang yang tidak sekolah dan berpengetahuan rendah, tidak tahu perkembangan dan informasi di luar lingkungannya.

Ketika bertemu dengan orang yang agak terbuka dan paham dengan tema pembicaraan, proses wawancara mungkin akan lancar-lancar saja. Jika bertemu dengan orang yang sedikit tertutup namun paham topic pembicaraan, topic pembicaraan mungkin saja tidak berkembang luas. Namun jika bertemu dengan orang yang terbuka namun tiak paham dengan topic pembicaraan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan responden ataupun bertemu dengan orang yang tertutup ditambah orang tersebut kurang berpendidikan, sudah pasri proses wawancaranya akan sulit, lama, dan tidak banyak informasi yang akan tergali dari proses tersebut.

Saya pernah bertemu dengan orang yang lumayan berpendidikan, saat berada di kelurahan lapandan, RT Kalembang, RW Tiropadang. Orang tersebut begitu dingin merespon ketika saya saya tanyya kesediaannya untuk diwawancarai. Saya menganggap teloah banyak memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan kegiatan penelitian tersebut, dan memberikan beberapa gambaran pula tentang kemungiki8nan out put dari data-data hasil wawancara. Namun penjelasan tersebut belum juga dapat meyakinkan orang tersebut. Apalagi ketika saya bilang, jika waktu yang dibutuhkan untuk wawancara bias 2 – 3 jam.

Ada satu pertanyaan dari orang tersebut yang membuat saya tersenyum miris. Pertanyaannya, apakah wawancara yang saya lakukan dengan dia akan menghasilkan dampak langsung secara ekonomi terhadap kehidupan rumah tangganya? Jika wawancara itu dapat dirasakan langsung manfaatnya dan nyata terhadap ekonomi rumah tangganya, ia akan punya banyak waktu untuk diwawancarai. Bahkan sampai 5 jam pun ia bersedia meluangkan waktunya! Namun jika hasil wawancara itu belum jelas bias berdampak langsung begi kehidupannya, waktu 2 – 3 jam terlalu berarti untuk dia sia-siakan bersama saya untuk wawancara.

Ia lebih memilih istirahat, karena besok pagi harus berangkat kerja. Dari pada harus begadang atau menunda waktu istirahatnya selama 3 jam untuk sesuatu yang belum jelas. Parahnya, ia pun tidak bersedia mencari waktu lain selain malam harti untuk diwawancarai. Memang, saya pun tidak berani memberi janji atau jaminan bahwa data hasil wawancara itu akan bermanfaat bagi dirinya. Namun setidaknya data-data seputar kondisi social ekonomi rumah tangga masyarakat sangat begitu penting untuk penyusunan sebuah program atau dasar pertimbangan pembuatan sebuah kebijakan yang berhubungan dengan social ekonomi masyarakat. Sebab terkadang, ada beberapa kebijakan yang dibuat tidak berdasarkan pada data-data ril kondisi social ekonomi masyarakat. Sehingga wajar saja jika kebijakan yang dihasilkan terkadang tidak tepat sasaran.

Akan tetapi, ada juga masyarakat yang menganggap bahwa data-data social ekonomi rumah tangga tidak akan berpengaruh atau membawa dampak positif atas kehidupan mereka. Seperti halnya kasus yang saya jumpai di RT Kalembang tersebut. Sebuah potret masyarakat yang hidup dengan perilaku take and give. Apa yang diberi dan apa yang bias didapatkannya.

Dalam ilmu social, perilaku seperti ini dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan perspektif teori pertukaran social. Seperti yang dijelaskan oleh Piter Blau, bahwa manusia atau masyarakat akan selalu berinteraksi atau melakukian pertukaran social dengan dasar dan landasan yang senantiasa dipengaruhi oelh kepentingan ekonomi. Yang secara sederhana diistilakan pola pertukaran take and give. Cara berpikir seperti inipun lebih sering melihat dan memandang sesuatu secara fisik dan dampak konkrit dari setiap interaksi serta pertukaran yang dilakukan.
Pikiran seperti ini akan menjadi kendala dan tantangan untuk kergiatan-kegiatan penelitian yang sifatnya social di masyarakat. Sebab kegiatan penelitian yang sifatnya social, hanya mampu menyediakn data ilmiah seputar kehidupan social ekonomi masyarakat, dan terkadang tidak bias menggaransi bahwa data ilmiah tersebut akan menghasilkan sesuatu yang konkrit ditengah-tengah tuntutan dan himpitan kebutuhan hidup manusia yang semakin kompleks.

Saya pun ditolak oleh seorang calon responden target pada survey social ekonomi rumah tangga, karena hanya mampu menjanjikan bahwakegiatan penelitian yang saya lakukan, out putnya hanya berupa data-data ilmiah seputar kondisi social ekonomi rumah tangga masyarakat saja. Dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Tidak lebih dari itu !
01 Des 2008

Kamis, 18 Desember 2008

Penghuni Ramah di Pemukiman Padat Penduduk


Saat memasuki daerah pemakaman umum Panampu di kecamata Tallo makassar, saya tidak pernah membayangkan ada sebuah pemukiman penduduk dengan rumah yang berjejeran begitu padat di samping kiri, kanan, dan belakang sekitar lokasi pekuburan tersebut. Di sebelah utara lokasi pemakaman umum tersebut, terdapat pemukiman warga yaitu RW V kelurahan Suangga. Di sebelah selatannya ada pemukiman warga kelurahan Lembo. Dan di bagian baratnya, jika dilihat dari arah jalan masuk pemakaman, ada pemukiman warga yang tampak begitu ramai oleh lalu lalang warga.

Perlahan saya pun melangkah menyusuri jalan setapak yang berada di tengah-tengah lokasi pemakaman, membentang bag membelah dua area pemakaman. Sebelum memasuki daerah tersebut, sangat minim informasi yang saya ketahui tentang kelurahan Lembo, yang letaknya di sebelah barat pemakaman tersebut. Saya hanya mendapat gambaran tentang situasi daerah tersebut dari ibu ketua RW V kelurahan Suangga. Ia beberapa kali berpesan pada saya untuk hati-hati ketika masuk ke daerah tersebut. Jangan bawa duit yang banyak kesana, juga kalau bawa hand phone jangan di pegang di tangan pada saat jalan karena biasa ada orang yang dirampok dan dirampas hand phonnya saat melintasi jalan menuju Lembo.

Terbersik di kepala, saya akan memasuki kawasan penduduk dengan orang-orang yang tidak ramah di dalamnya.Akan mendapat tatapan mata yang tajam saat berpapasan atau bertemu dengan orang-orang. Jalan setapak yang membelah dua area pemakaman sudah saya lewati. Di ujung jalan setapak, saya tiba-tiba bingung harus menuju kearah mana, sebab di depan saya ada persimpangan tiga jalan setapak. Arah mana yang harus saya susuri untuk sampai ke lokasi Rt B Rw V kelurahan Lembo? Kemudian saya pun memutuskan untuk bertanya pada ibu-ibu yang sementara tampak asyik bergosip di samping warung dengan beberapa jualan makanan berderet mengisi warung tersebut, hanya berjarak kurang lebih tiga meter dari area pemakaman Panampu.

Saya pun tersenyum kepada seorang ibu yang sementara duduk di samping warung tersebut. Kemudian menyambung senyuman itu dengan sebuah pertanyaan 'boleh tanya, rumaha pak kala ketua Rt B, Rw V Lembo dimana Bu? Tak disangka, ibu itupun kemudian membalas senyumanku dengan sebuah senyuman bersahabat pula dan kemudian membantu menunjukan arah jalan menuju rumah pak kala. Sayapun melanjutkan perjalanan mencari rumah pak kala. Tiba-tiba saja, ada seorang lelaki naik sepede menghampiri dari arah belakang. Menyapaku dan langsung bertanya “cari ketua Rt B ya Pak”? Saya pun menjawab “iya Pak”. Langsung saja ia memperkenalkan diri, kalau dia adalah orang yang saya cari, ketua Rt B Rw V yang menjadi wilcah ke dua penelitian kami.

Ternyata pak Kala dari tadi memperhatikan saya sejak berjalan sekitar 10 meter dari rumah pak Rw V Suangga yang jaraknya sekitar 500 m dari lokasi tempat tinggalnya. Dia juga mengikuti saya dari belakang. Saat ia melihat saya bertanya pada warga, pak kala pun kemudian menduga-duga kalau saya adalah petugas pendata yang akan meneliti di Rt B yang dipimpinnya, sebab malam sebelumnya, mbak Fita (supervisor kami) telah datang ke rumahnya untuk mengkonfirmasikan kalau saja besok siang akan ada anggotanya yang akan datang untuk melakukan wawancara dengan beberapa orang warga, beliaupun mempersilahkan kami untuk memulai kegiatan wawancara sekitar pukul 2 siang, karena sekitar jam 1 siang, ia sudah pulang kerja. Lebih cepat dari hari-hari sebelumnya.

Namun karena sudah jam 2 siang, belum juga muncul pendata di lokasi Rt'nya, iapun berinisiatif untuk datang ke rumah ketua Rw V Suangga yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Namun lucunya, pak kala tidak sampai ke rumah pak Rw yang kebutulan menjadi base camp kami. Dia hanya berdiri di pos ronda pemakaman yang jaraknya sekitar 100 m dari base camp kami, sambil memperhatikan rumah pak Rw, menunggu datangnya petugas pendata. Itulah sedikit cerita awal perkenalan saya dengan pak kala, ketua Rt B, Rw V kelurahan Lembo.
Kehidupan keluarga pak Kala begitu sederhana. Rumahnya hanya berukuran 4 x 6 meter persegi, yang dihuni oleh 6 orang anggota rumah tangga.Hanya memiliki satu ranjang besar, yang bisa ditempati tiga orang. Sedangkan sebagian anggota keluarga yang lainnya, melantai pada saat tidur, dengan beralaskan sebuah tikar rotan.

Dibalik kesederhanan keluarga pak Kala, tersimpan segudang cinta disana. Nuansa cinta tersebut dapat saya rasakan dengan keramahan istri beliau dan sambutan anak-anak mereka. Selama dua hari berada di Rt B untuk melakukan wawancara, anak pak Kala yang bernama Asbar sangat setia menemaniku untuk keliling mendatangi rumah warga untuk wawancara. Ia pun langsung akrab dengan saya, bahkan dia langsung menganggap saya sebagai kakaknya. Setelah pendataan di lokasi Rt B selesai, bahkan Asbar sempat berniat untuk ikut ke Tana Toraja, untuk bantu-bantu penelitian kamiwalaupun tidak dibayar. Namun karena ia sementara sekoloh di STM, saya pun menyarankan kepadanya untuk fokus pada sekolahnya dulu.
Rt B, Rw V Lembo adalah sebuah pemukiman padat penduduk. Hampir tidak ada spasi antara satu rumah dengan lainnya kecuali jalan setapak dengan lebar 1 meter. Lingkungan Rt ini pun tampak bersih dan terawat. Paling sedikit 2 kali sebulan, warga bahu membahu kerja bakti untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka. Terutama bagian halaman depan rumah, selokan dan jalan setapak.

Mobilitas penduduk di malam hari pun masih ramai oleh warga. Sebab sebagian warga mereka ada yang bekerja di malam hari. Terutama yang bekerja di sekitaran daerah pelabuhan Soekarno Hatta makassar. Ada juga sebagian warga yang baru pulang kerja di malam hari. Antara sekitar pukul 10 – 12 malam. Kebetulan juga, lokasi Rt pak Kala berada sedikit di bagian depan, dan masih ada banyak rumah warga yang sudah tidak termasuk bagian dari lingkungan Rt mereka. Jalan setapak depan rumah pak Kala adalah jalan utama yang menghubungkan lokasi pemakaman Panampu dengan pemukiman warga di bagian belakang.
Kenang-kenangan yang masih tersimpan saat bersama pak Kala adalah sebuah korek gas yang diberikannya padaku, disertai satu bungkus rokok sampoerna kecil isi dua belas batang, pada saat saya silaturahmi dan bercanda gurau di rumahnya, saat semua kegiatan wawancara di Rt tersebut selesai.

Saat memberi korek gas tersebut, pak Kala berpesan “kalau gas yang ada pada korek itu telah habis d an atau rusak, kenangan serta pengalaman selama dua hari bersama dia dan keluarganya yang sangat singkat itu jangan ikut terbuang dan hilang. Beliaupun bilang kalau pintu rumahnya akan senantiasa terbuka untuk dikunjungi. Katanya sambil tersenyum dingin.
Panampu, 19 Sept 08

Rabu, 17 Desember 2008

Sungai Sadang


Dari rumah pak Thomas, ketua RW Pora I kelurahan Tampo, dikeheningan malam, terdengar jelas suara arus sungai mengalir, menghempas terpecah oleh bebatuan kali. Dari teras bagian belakang rumahnya, saya bisa menyaksikan keindahan aliran sungai sadang. Wilayah ini bernama Rt Randanan. Kata “randanan” dalam bahasa Toraja artinya adalah pinggir sungai.

Sungai sadang menjadi penghubung tiga daerah yaitu Toraja, Enrekang dan Pinrang. Induk sungai sadang ada di kelurahan Pangala Toraja dan bermuara di jembatan Lasape perairan Pinrang. Tidak hanya menghubungkan tiga daerah tersebut, sungai ini pun diabadikan sebagai nama sebuah jalan di kota Makassar yaitu jalan Sungai Sadang. Jalan ini pun menghubungkan tiga jalan utama yaitu jalan AP. Pettarani, jalan Veteran dan jalan Ratulangi.

Jika dilihat secara sepintas dari arah jalan kecil di atas kampung, jika melihat ke bawah, tidak ada sedikit pun ada tanda kalau di bagian bawah jalan itu, yang kira-kira jaraknya sekitar 300 m, ada rumah penduduk yang dihuni sekitar 19 Kepala Keluarga. Pohon-pohon bambu dan tanaman coklat serta kopi dan beberapa pohon besar lainnya menutupi rumah-rumah penduduk tersebut.

Ketika menyusuri jalan tersebut, melewati tanaman kopi dan coklat warga, maka akan dijumpai rumah-rumah warga yang jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya sekitar 10 - 20 m. sebuah perkampungan penduduk yang tersembunyi oleh pohon bambu, cokelat, kopi dan beberapa pohon besar lainnya. Lokasi Rt Randanan begitu asri dan natural. Diapit oleh bukit dan sungai Sadang.

Ada sejumlah warga yang menjadikan sungai sadang sebagai tempat menjaring ikan. Pak Baba misalnya, dua kali dalam seminggu, ia biasa ke kali sungai sadang untuk menjala ikan. Dari penuturan beliau, ia biasa turun ke kali sekitar pukul 11 malam. Setelah menaburkan beberapa umpan untuk makanan ikan, ia tidak langsung menjalanya. Harus menunggu 1 – 2 jam baru ikan-ikan yang sudah diberi umpan tadi kemudian dijala. Hasil tangkapannya lumayan, setiap kali ia pulang dari menjala, tungku dapurnya selalu berasap sembari menebar aroma ikan hasil tangkapan dari sungai sadang.
Di tempat lain di Toraja, kita pun bisa malihat sungai Sadang. Namun pemandangan yang terlihat dari arah kampung Pora I Rt Randanan, penampakannya sangat berbeda. Sungai Sadang jadi begitu sangat eksotis, berlikuk dan tampak begitu gagah membelah bukii dan perkampungan penduduk.
Toraja, 30 Sept 2008

Minggu, 14 Desember 2008

peNgaLaman seLama Survei di Makassar & Toraja

Hampir 1 bulan saya melakukan survei/pendataan sosial ekonomi rumah tangga indonesia (Suseti) yang dilakukan di kota Makassar & Kabupaten Tana Toraja. ada banyak cerita dan pengalaman yang sangat berkesan selama berada di lokasi penelitian. saya akan menuliskan beberapa cerita atau pengalaman menarik yang saya alami selama di lokasi penelitian tersebut.

Mungkin saja bagi orang lain cerita tersebut tidak begitu menarik, tapi bagi saya pengalaman tersebut begitu mengesankan...

Rabu, 12 November 2008

haahahaha ...


Saya pernah menulis sebuah tulisan singkat dengan judul “untuk sebuah harapan yang lebih baik”, namun tulisan itu tidak diterbitkan di blog ini, karena saya hanya menyimpannya pada blog franster. Di tulisan itu saya sedikit menyinggung rencana untuk lanjut sekolah di UI. Di tulisan itu juga, saya bilang kalau sudah membeli formulir untuk ujian masuh magister sosiologi lewat senior yang sementara kuliah di sana, karena dia bilang sudah membelikan formulirnya. Ternyata sehari saya menulis tulisan tersebut, dia menelp[os saya dan memberitahukan kalau dia tidak jadi membelikan saya formulir pendaftaran karena jurusan Sosiologi di Ui untuk sementer genap tahun ini tidak dibuka. Jurusan Sosiologi akan membuka penerimaan lagi nanti pada semester ganjil atau tahun ajaran baru.

Saya sangat kaget mendengar informasi tersebut. Namun saya belum yakin dengan informasinya. Saya coba buka Web UI dan coba mendaftar secara On Line lewat Web tersebut. Pada saat mengisi formulir pendaftaran dan giliran mengisi jurusan atau program studi yang akan dipilih, memang Jurusan Sosiologi tidak ada dalam daftar jurusan yang dibuka pada semester genap kali ini.

Seketika saya langsung menarik nafas panjang. Saya sungguh terkaget menerima kenyataan tersebut. Namun harus gimana lagi, terpaksa saya harus bersabar menunggu sampai penerimaan semester ganjil nanti. Itupun harus melewati test dan belum tentu bisa lolos!
Sekarang, saya lagi sibuk mengikuti survei sosial ekonomi rumah tangga (Suseti) yang dilakukan oleh Survei Meter, sebuah LSM dari Jogja. Kegiatan surveinya selama satu bulan. 9 hari di makassar dan selebihnya di kabupaten Toraja. Ya, lumayan bisa sedikit mengobati kekecewaan ku karena tidak bisa secepatnya lanjut sekolah. Hitung-hitung juga bisa sedikit menabung ..heheehehe..

saya pun terpaksa untuk sementara break mengikuti program privat bahasa inggris. Mungkin sekitar 3 minggu saya tidak mengikuti privat karena harus ke Toraja, namun setelah selesai survei saya akan melanjutkan program privat tersebut.

Satu yang saya yakini sekarang, bahwa pilihan ku mengikuti penelitian Survei Meter adalah proses untuk sebuah harapan yang lebih baik ...

Senin, 03 November 2008

Fenomena Kerasukan

Dua malam lalu, saya menghadiri undangan untuk membawakan materi pada kegiatan Latihan Kader Dasar (LKD) Kemasos Fisip untuk mahasiswa baru di gedung KIPP Maros. materi saya dalam jadwal yang diberikan oleh panitia seharusnya dimulai pada pukul 21:30 Wita, saya pun meluncur ke lokasi kegiatan sekitar pukul 20:40 dan sampai di lokasi kurang 15 menit pukul 21:30.

Ketika tiba di lokasi, panitia LKD dan instruktur yang akan mendampingi saya membawakan materi bukannya siap-siap untuk memulai materi, mereka malah sibuk mengurusi peserta Lkd yang kerasukan. saya pun kaget menyaksikan beberapa orang peserta dan panitia yang tergeletak di lantai sambil teriak-teriak. ada yang histeris karena kesakitan diobati oleh p’ustaz, ada juga yang teriak-teriak sambil bicara tak karuan karena tak sadarkan diri.

Dari cerita yang dituturkan oleh panitia, mulanya yang kerasukan hanya 1 orang, namun karena yang kerasukan tersebut teriak-teriak saat kerasukan sehingga mengganggu psikologi peserta lainnya dan akhirnya beberapa orang peserta Lkd lainnya tiba-tiba jatuh pingsan dan tak lama kemudian juga ikut kerasukan. hanya dalam waktu 10 menit, sudah ada lebih 10 orang yang tergeletak karena kerasukan.

kegiatan Lkd pun terhenti untuk sementara, karena panitia jadi disibukan oleh peserta yang kerasukan. tidak hanya peserta, 2 orang panitia pun juga ikut kerasukan. karena tidak kondusif untuk melanjutkan kegiatan Lkd, maka materi saya di tunda besok pagi. terpaksa saya menginap di tempat Lkd. untung ada kamar panitia yang bisa ditempati untuk tidur.

Fenomena kerasukan sepertinya menjadi masalah tahunan yang sering muncul pada kegiatan Lkd. seingat saya, tiga tahun berturut-turut setiap kegiatan Lkd Kemasos selalu saja ada peserta yang mengalami kerasukan. Namun yang kerasukan paling hanya 2 atau 3 orang saja. tapi kali ini yang kerasukan begitu banyak, hampir 20 orang termasuk panitia. sebuah pertunjukan yang jarang terjadi pada kegiatan LKD Kemasos.

Sains modern masih belum bisa menjelaskan dengan baik kenapa seseorang bisa mengalami kerasukan? Saya pernah diskusi dengan P’Edi, seorang dosen Fisika yang mengajar di Unhalu, dia menjelaskan kepada saya bahwa fenomena kerasukan atau kemasukan roh sebenarnya bisa dijelaskan dengan sains modern. Menurutnya, ilmu sihir ataupun roh yang masuk dalam diri seseorang adalah energi yang dimiliki oleh seseorang yang ditransfer atau dialirkan ke tubuh orang lain melalui gelombang sehingga orang yang dirasuki jadi tak sadarkan diri karena kekeuatan energi yang masuk kedalam dirinya.

Akhir-akhir ini banyak ilmuwan yang mengembangkan kajian fisika ke kajian metafisika, dan menurut P’Edi hal tersebut sudah melanggar etika sains modern khususnya ilmu fisika. saya juga kurang mengerrti dengan penjelasan yang diberikan olehnya, yang saya tahu ketika seseorang mengalami kerasukan, maka ia kadang tak sadarkan diri dan kadang juga tak mampu mengingat kejadian yang dialami selama kerasukan. prilaku orang yang karasukan pun terkadang aneh dan jauh dari kebiasaan yang dia lakukan ketika dalam keadaan sadar.

Kamis, 30 Oktober 2008

Halal Bi Halal ; kegiatan yang mesti dilakukan setiap tahun.

Halal Bi Halal ; kegiatan yang mesti dilakukan setiap tahun.

Sudah enam tahun lebih saya berada di kota makassar, namun baru kali ini saya bertemu dengan banyak orang Buton di makassar. Untung saja ada acara Halal Bi Halal Kerukunan Keluarga Indonesia Buton (KKIB) dan mahasiswa Bau-Bau – Buton makassar bersama Walikota Bau-Bau bapak Amiril Tamim, di hotel Singgasana tanggal 27 kemarin.
Di moment tersebut, akhirnya saya banyak bertemu dengan orang Buton yang bekerja dan bertahun-tahun bermukim di makassar. Saya juga bertemu dengan banyak mahasiswa Bau-Bau – Buton yang sementara kuliah di sini, baik yang kuliah di Unhas, Umi, 45, Unm dan Universitas lainnya. Dari cerita-cerita dengan teman-teman yang hadir pada acara tersebut, mereka rata-rata sangat merindukan suasana yang seperti itu. Bisa kumpul dengan orang-orang Buton di makassar, apalagi bisa bertatap muka dengan orang tua atau keluarga Buton yang ada di makassar.
Di halal bi halal tersebut, Amirul Tamim sebagai walikota Bau-Bau banyak bercerita tentang kondisi pembangunan di Bau-Bau saat ini dan mengungkapkan beberapa rencana yang akan dilakukan oleh pemerintah Bau-Bau selama periode jabatannya. Ia juga banyak berpesan kepada para mahasiswa yang sementara studi di makassar agar serius menuntut ilmu di kota orang, dan kelak jika sudah selaseai studi tidak berpikir semua untuk ramai-ramai pulang kampung dan berharap menjadi PNS, sebab pemerintah tidak mempu menampung semua alumni mahasiswa makassar untuk menjadi pegawai negeri.
Di Bau-Bau, memang profesi PNS masih menjadi pekerjaan yang diharapkan oleh banyak pencari kerja. Mungkin saja karena jaminan hidup yang dijanjikan pemerintah kepada PNS menjadi alasan bagi para pencari kerja untuk tetap memilih jadi PNS sebagai pekerjaannya. Padahal ada banyak hal yang bisa dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup selain menjadi PNS. Namun, tetap saja masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa pegawai negeri adalah pekerjaan yang paling baik dan paling jelas jaminan untu masa depan seseorang.
Kembali ke acara halal bi halal, memang acara seperti itu sangat penting untuk dilakukan secara kontinyu, karena kegiatan seperti itu dapat menjaga hubungan silaturahim diantara sesama orang Buton di perantauan juga menjadi kekuatan sosial sebuah komunitas perantauan Buton. Hanya saja, keinginan untuk kumpul dan berbagi cerita dan pengalaman sesama orang Buton baik mereka yang tua ataupun yang muda masih kurang. Hanya beberapa orang saja yang memiliki inisiatid untuk selalu bertemu. Buktinya, selama 6 tahun saya di makassar, baru kali ini bisa berkumpul dengan banyak orang buton di makassar.

Minggu, 26 Oktober 2008

Nervous di Pertemuan Pertama Mengikuti Privat Bahasa Inggris

Nervous di Pertemuan Pertama Mengikuti Privat Bahasa Inggris

Malam itu, 20 oktober 2008 sekitar pukul 09 malam di D’Green Coofee adalah pertemuan pertama saya mengikuti program kursus bahasa inggris bersama dua orang teman yaitu obiet & k’miftah. Kami mengikuti program prifat bahasa inggris dalam kelas kecil yang beranggotakan tiga orang yang di ajar atau fasilitasi oleh mas dodik. Namun bagi mereka berdua, ini adalah pertemuan ketiga, sebab kursus tersebut sudah dimulai semenjak seminggu yang lalu dan saat itu saya masih berada di kampung. Jadi saya telah melewatkan dua kali pertemuan.
Diawal pertemuan saya agak nervous mengikuti kursus tersebut. Apalagi ketika mas dodik mengajukan beberapa pertanyaan kepada saya sebagai bahan perkenalan. Sebenarnya pertanyaannya sangat sederhana. Berkisar tentang identitas saya, kemudian apa alasan mengikuti privat bahasa inggris serta harapan setelah mengikuti program tersebut. Namun, yang membuat saya jadi tidak percaya diri karena pertanyaan tersebut harus dijawab dalam bahasa inggris. Dengan terbatah-batah saya berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Lucunya, saya mencampur adukan antara bahasa inggris dan bahasa Indonesia ketika menjawab pertanyaan tersebut. Lidah ini seakan terlipat-lipat dan seketika menjadi kaku..hehehehehe..
Saya menjadi bahan tertawaan obiet & k’miftah, sebab mereka telah melewati perkenalan tersebut diawal pertemuan kursus seminggu yang lalu. Namun lama kelamaan saya mulai merasa enjoy mengikuti program belajarnya. Suasana dan iklim belajar yang dibangun oleh mas dodik sebagai fasilitator sangat bersahabat dan santai. Teman-teman sekelas juga lucu-lucu dan asyik diajak bermain. Hingga tak terasa sudah dua jam kami belajar, dan harus mengakhiri pertemuannya. Pertemuan selanjutnya hari kamis di tempat yang sama. Program kursus ini berlangsung selama dua bulan dan dilakukan dua kali pertemuan dalam seminggu.
Terbersik penyesalan yang sangat dalam. Mengapa baru sekarang saya belajar bahasa inggris. Begiru banyak waktu terbuang dan terlewatkan begitu saja. Apalagi saya kuliah selama enam tahun di kampus. Waktu yang cukup banyak untuk bisa dimanfaatkan belajar bahasa inggris sambil kuliah. Mungkin baru sekarang saya menganggap bahasa inggris itu begitu penting untuk dikuasai.
Yang saya sukuri, setidaknya masih ada kemauan untuk belajar bahasa inggris walaupun sangat terlambat untuk memulainya, sebab anak sekolah dasar saja sekarang rata-rata sudah punya guru privat bahasa inggris sendiri-sendiri. Moga keinginan untuk belajar bahasa inggris tidak hanya panas-panas tai ayam. Hope I can speaking engglis.

Senin , 20 Oktober 2008
Pukul 23 : 20 Waktu Tamalanrea

Merasa Gammang Menjalani Hidup

Sudah beberapa hari ini saya merasa gammang menjalani hidup. Seakan tidak mampu mengkreasi waktu yang ku lewati dalam setiap harinya. Betapa tidak, yang ada dalam agenda kegiatan saya hanyalah mengikuti program prifat bahasa inggris bersama mas dodik yang dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu yaitu setiap hari senin dan kamis malam yang bertempat di D’Green Coofee. Selebihnya saya tidak tahu mau mengisi hari-hari ku dengan aktifitas apa?
Menurut teman-teman di pondok Persada Tamalanrea, belakangan ini saya menjadi agak pendiam dan sering merenung sendiri. Menurut mereka, saya tampak seperti orang kebingungan dan kadang bertingkah aneh jika sementara kumpul bersama teman-teman. Sampai-sampai ada seorang teman, namanya dodik berkata sama saya, kok orang sarjana bukannya senang, malah justru kelihatan tambah susah dan banyak masalah! Lanjut ia berkata kalau seperti itu kondisi orang yang sudah sarjana, saya tidak mau cepat-cepat sarjana. Saya tidak mau menjadi orang bingung dan perenung, candanya kepada saya.
Jangankan teman-teman di pondokan, saya saja mulai bingung dengan timgkah laku yang saya lakukan akhir-akhir ini! Hehehehehe..
Sempat terbersik dalam benak saya untuk melamar pekerjaan di beberapa tempat yang sekarang sedang membuka lowongan kerja, misalnya PT Survei Meter yang akan mengadakan survey di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan dan membutuhkan sekitar 50 surveyor. Survey tersebut kemungkinan akan dilakukan pada pertengahan bulan November sampai akhir desember. Saya tertarik dengan kerjaan tersebut, apalagi ada senior yang mengajak untuk memasukan lamaran dan akan merekomendasikan nama saya ke pihak survey meter agar berkas saya diloloskan biar bisa ikut survey tersebut. Kebetulan senior saya itu punya teman di survey meter. Saya pun tidak jadi memasukan lamaran karena takut kalau kegiatan tersebut molor sampai akhir desember. Sedangkan, saya sudah bertekad untuk pergi ke Jakarta bulan desember nanti untuk melakukan test program magister sosiologi di Universitas Indonesia.
Hampir juga saya memasukan lamaran kerja di perusahaan dialer motor di makassar. Namun kekhawatiran tiba-tiba muncul, kalau nanti saya tiba-tiba larut dan merasa nyaman dengan kerjaan tersebut. Disamping itu, sudah pasti saya tidak akan focus dalam belajar bahasa inggris.
Kadang saya merasa iri dengan teman-teman angkatan 2002 sosiologi yang kini sudah bekerja dan bisa menghasilkan duit sendiri. Saya malu pada diri sendiri, karena sampai sekarang masih mengandalkan subsidi dari kakak di Bau-Bau untuk bertahan hidup di makassar. Inggin rasanya bisa punya duit dari hasil kerjaan saya sendiri. Disinilah letak kebingungan ku saat ini. Sebab saya sudah berencana untuk lanjut study dan tidak ingin ada agenda atau rencana lain yang mengganggu planning tersebut.
Waktu saya kini hanya tersisa sekitar sebulan lebih dimakassar, sebelum ke Jakarta untuk test program magister sosiologi. Dengan waktu tersebut rasanya sangat susah untuk mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan duit. Sebab dibeberapa perusahaan atau tempat kerja, biasanya sebelum seorang karyawan bekerja, terlebih dahulu akan detraining agar paham dengan kerjaan yang akan dia lakukan.
Belakangan ini saya sering menghayal bisa bekerja disuatu tempat yang agak santai tapi serius dan tentunya tidak mengganggu belajar bahasa inggris yang sementara saya jalani saat ini. Punya gaji walaupun sedikit, dengan masa kerja hanya sebulan. Tapi dimana ya kira-kira saya bisa dapat pekerjaan tersebut? Hehehehehe..

Kerinduan Mengisi Blog

Kerinduan Mengisi Blog

Setelah sebulan tidak bersentuhan dengan internet, akhirnya malam ini saya mengunjungi blog ku. Saya sangat rindu untuk mengisi blog ini. Entah kenapa selama kurang lebih sebulan, hampir tidak ada tulisan yang saya buat. Begitu banyak pengalaman dan peristiwa yang lewat begitu saja tampa terekam dalam sebuah tulisan. Inilah penyakit yang sangat susah saya lawan apalagi menghilangkannya. Ketika rasa malas menghampiri, tangan ini serasa kaku dan tidak bisa bergerak walau hanya untuk menggenggam sebuah pulpen dan mencoretkannya di sebuah kertas putih, juga untuk bersentuhan dengan keyboard dan berhadapan dengan layar computer.
Gimana ya cara yang efektif untuk menghilangkan penyakit malas? Jangan-jangan, saya sendiri yang menciptakan penyakit malas itu? Jika ternyata penyakit tersebut dari dalam diri saya sumbernya, artinya saya adalah salah satu manusia tolol yang ada di dunia ini..hehehehe..
Tidak mudah untuk melawan penyakit malas yang ada dalam diri saya. Padahal saya baru mulai belajar menulis di blog. Ini jadi tantangan dan masalah berat yang harus saya lewati. Tak bisa dipungkiri, lingkungan social bergaul sangat mempengaruhi semangat ku dalam mencatat penggalan-penggalan pengalaman yang terlewati sehari-hari. Bukan mencari kambing hitam atas kemalasan ku, namun itulah yang saya rasakan selama ini.
Sebagai contoh, jika saya berada di pondok persada bersama teman-teman sosiologi, salalu saja ada inspirasi untuk menulis. Walaupun tulisan itu hanya bercerita tentang sesuatu yang sederhana dan biasa, juga terkadang tidak menarik. Namun, setidaknya dalam seminggu ada saja tulisan yang bisa dihasilkan. Mungkin saja karena teman-teman di persada sering main ke warnet, akhirnya saya juga jadi terpengaruh dan ikut-ikutan ke warnet, dan janggal rasanya jika ke warnat namun tidak mampir sebentar ke blog dan mengisinya dengan tulisan.
Sepertinya blog harus menjadi taman bermain bagi saya untuk berpetualang. Teman berbagi yang senantiasa memberikan tempat untuk sekedar curhat dan menorehkan kegelisahan. Jika perlu, maka blog akan saya jadikan pacar yang akan selalu ku rindukan..hehehehehehe..

Minggu, 31 Agustus 2008

Pengabdian ala Oemar Bakri !!!

Pengabdian ala Oemar Bakri !!!

guru adalah pahlawan tampa tanda jasa. Ya, orang-orang memberikan predikat kepada mereka yang bekerja atau berprofesi sebagai guru. Betapa tidak, terkadang gaji yang mereka terima tidak sesuai atau tidak cukup jika dibandingkan dengan pengorbanan yang mereka lakukanh untuk mengajar murid-murid atau anak-anak negeri ini dengan sejumlah pengetahuan.

Cerita-cerita kepahlawanan guru dalam mengajar anak-anak bangsa ini agar cerdas sudah sering saya dengarkan, dan hampir semua cerita yang saya dengan cenderung sama. Namun ada cerita berbeda yang saya dapatkan ketika berada di bantaeng. Cerita tersebut saya dapatkan langsung dari senior saya yaitu Ahmad Bahtiar Arma, yang akrab disapa K'Aba. Kebetulan, ia adalah Korlab kami pada survei yang saya ikuti. K'Aba adalah tenaga honorer yang mengabdikan diri untuk mengajar di SMU 2 Bantaeng sejak tahun ajaran baru 2007/2008.

sudah setahun ia mengajar di Smu tersebut. Gaji yang ia dapatkan dari mengajar sekitar Rp.350.000 perbulannya. Gaji mengajarnya ia terima sekali dalam tiga bulan. Selama mengajar, ia baru dua kali menerima honor dari sekolah, dan sudah enam bulan ia belum menerima honor dari kegiatan mengajarnya di sekolah tersebut.

Dari penuturan yang di ungkapkan K'Aba, nasib guru honorer seperti dirinya kini dalam suasana terjepit. Panggilan hati untuk mengabdi pada bangsa dan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga. K'aba sudah berkeluarga dan telah diberkahi seorang anak laki-laki. Bayangkan, bagaimana cara dia untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya jika sudak enam bulan ia belum menerima honor dari sekolah tempat ia mengajar! Menurut kepala sekolah, gaji mereka belum di berikan karena dana dari Diknas belum cair. Di Kabupaten Bantaeng, kini telah mempraktekan pendidikan gratis. Jadi, tidak ada lagi duit atau pungutan yang didapat dari orang tua murid atau pihak komite sekolah. Dulunya, ketika belum di praktekan pendidikan gratis, para guru honorer di gaji dari duit komite sekolah yang salah satunya bersumber dari sumbangan orang tua murid. Kini para guru honorer sepenuhnya hanya berharap dari anggaran Diknas yang diperuntukan bagi para guru bantu atau guru honor.

Enam bulan belum menerima gaji, tidak menurunkan semangatnya untuk terus mengajar dan mengabdi. Katanya, selalu saja ada rezeki yang diberikan Allah kepada dia ketika sudah tidak punya duit untuk sekedar membuat dapurnya berasap. Selama enam bulan tersebut, ia kadang mendapat uang serta makanan dari kegiatan mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang dilaksanakan Diknas atau pihak sekolah. Walaupun sedikit dan terkadang hanya mendapatkan nasi dos, ia tetap bersyukur atas nikmat yang didapatkannya.

Cerita lainnya yang membuat saya merenung yaitu, keberaniannya untuk menikah dengan modal pas-pasan. Istri k'aba kebetulan berasal dari keluarga kelas menengah dan sedikit masih punya darah bangsawan di Barru. Ia membagi pengalaman kepada saya, kalau ia sempat down dan putus asa bisa menikah dengan kekasihnya. Sebab istrinya sekarang (k'wana) sebelum menikah dengan k'aba, sudah dua kali datang dilamar oleh keluarganya yang secara ekonomi lebih baik jika dibandingkan dengan k'aba. Namun karena cinta yang ada pada mereka berdua sudah begitu dalam, tawaran lamaran tersebut dilak k'wana dengan halus dan akhirnya k'wana lebih memilih k'aba yang bekerja masih sebagaqi guru honor di Smu 2 Bantaeng.

Jika iwan fals punya lagu tentang Oemar Bakri, seorang pegawai negeri yang telah berhasil menciptakan banyak profesor dan menteri. Maka k'aba punya cerita berbeda. Ia adalah guru honorer yang belum terangkat sebagai pegawai negeri. Namun, juga punya semangat yang sama seperti Oemar Bakri. Ikhlas mengajar dan mengabdikan diri sebagai guru untuk pendidikan dan kecerdasan anak-anak negeri ini.


Perjalanan ke lokasi penelitian


Minggu 24 agustus 08, tepatnya abis magrib, saya meninggalkan makassar menuju Bantaeng bersama temanku dodi, yang juga adalah team surveyor. Kami naek motor. Sedangkan teman-teman yang lain yaitu K'aba, yayan & atir kelokasi dengan naek mobil panther.

Perjalan kami sempat terganggu saat tiba di takalar. Saya terjebak macet di jalan sektitar ½ km. Penyebab kemacetan karena ada pesta pernikahan yang hanya berjarak kira-kira 10 m dari pinggir jalan. Banyaknya warga yang berkerumun di pinggir jalan ternyata selain untuk melihat pasangan pengantin, yang kebetulan pasangan pengantin prianya adalah orang bule sekaligus ingin melihat langsung dan mendengarkan suara artis lokal makassar kebanggaan mereka yaitu 'ridwan gau' yang tampil untuk menghibur pasangan pengantin dan warga.

Karena penasaran, saya pun turun dari motor dan menyempatkan diri untuk meliat-liat pasangan pengantin tersebut dan bahkan sambil menunggu teman ku keluar dari kemacetan, sempat mendengarkan 2 buah lagu yang di bawakan ridwan gau7 ..hehehehehe..

saya tidak langsung menuju bantaeng, karena ada obat yang harus diantar kerumahnya dodi di jeneponto pesanan mamanya. Ketikas tiba di rumahnya dodi, ternyata mamanya telah menyiapkan makan malam buat kami. Setelah makan, kami berniat minta pamit untuk melanjutkan perjalanan, namun mamanya dodi melarang, sebab tidak baik katanya melanjutkan perjalanan karena sudah malam, sebab perjalanan dari jeneponto ke bantaeng agak rawan kalau di malam hari. Akhirnya saya bermalam di jeneponto dan paghi-pagi baru melanjutkan perjalanan ke bantaeng.

Sekitar oukul 09. pagi kami tiba di bantaeng. Setelah bertanya-tanya kepada beberapa orang warga, akhirnya sampai juga saya di Btn Arangkeke, base cam team peneliti bantaeng. Kami tinggal di rumahnya K'aba yang kebetulan menjadi korlab kabupaten. Rumahnya sederhana, tipe 3 x 6 dengan dua kamar. Namun hanya 1 kamar yang di gunakan sebab kamar yang satunya dijadikan gudang dan ruang shalat. Fasilitas rumah cukup lengkap. Ada Tv, wc, springbad serta alat masak memasak.

Ya ...... , sejak tiba di base cam, maka dimulailah kerja-kerja yang berhubungan dengan PMKS penyandang cacat di kabupaten Bantaeng.

25 agustus 2008




Sabtu, 23 Agustus 2008

Libur ngunjungin bLog

Besok saya mulai turun lapangan ke lokasi penelitian di kabupaten Bantaeng. Blog ini mungkin untuk sementara akan libur. Karena kemungkinan besar saya akan banyak menghabiskan waktu di desa ataupun di base cam untuk melakukan pendataan terhadap penyandang cacat disana.

Moga saja akan ada banyak cerita dan pengalaman menarik selama di lapangan yang bisa menjadi inspirasi untuk mengisi blog ini nantinya.


Akhirnya buku kami terbit juga

Akhirnya setelah hampir 2 tahun pengerjaan, buku yang kami buwat terbit juga. Judulnya "Mernyibak Kabut di Keraton Buton". kemarin bukunya sudah tiba di Bau-Bau. senang sekali bisa terbitkan buku, walaupun cuman kumpulan tulisan. Namun setidaknya ada juga karya yang bisa saya buat bersama teman-teman asal Bau-Bau yang kuliah juga alumni mahasiswa makassar.

Waktu pengerjaan bukunya lumayan lama. Maklum, ini adalah karya perdana kami. Ini juga disebabkan karena semangat kami dari team pembuatan buku naik turun. Terkadang semangat kerja team kami sangat tinggi, namun ditengah jalan tiba-tiba down lagi karena beberapa kendala. Kami juga kurang fokus untuk menggarapnya karena banyaknya agenda dan aktifitas masing-masing anggota team. Ditambah sparing partner dalam pembuatan buku, yaitu Pemkot Bau-Bau yang sangat birokratis dan penuh liku-liku ketika berurusan dengan mereka, menjadi kendala lain kenapa buku tersebut begitu lama dikerjakan.

Namun karena keinginan teman-teman seperti K'yusran sebagai editor buku, lulu, jeto, nas, epri, dan mu'min untuk berkarya sangat besar, akhirnya buku tersebut terbit juga.

Rabu, 20 Agustus 2008

seNang bisa iktu peNeLitian

Kurang lebih 1 bulan pasca ujian meja, mengisi waktu untuk menunggu wisuda tiba yang masih 2 minggu lagi ternyata sangat membosankan. Awalnya saya berpikir untuk santai-santai saja menjalani hari. Ternyata lama-kelamaan, akhirnya saya diserang kejenuhan. Masuk kampus, trus Nongkrong di kaNtin, malam maen ke cafe D' Green, jaLan-jaLan ma teman2 atau bermalas-malasan di poNdokan. Hampir tak ada hal produktif yang saya lakukan selama masa waktu menunggu tersebut.

Kini, saya tak jenuh lagi. Akhirnya ada juga sesuatu yang produktif bisa kulakukan. Sekarang saya lagi siap-siap untuk melakukan penelitian/pendataan tentang penyandang cacat yang diselenggarakan Dept. Sosial kerjasama dengan PT. Survei Indonesia di Kabupaten Bantaeng. Pada penelitian yang akan berlangsung kurang lebih sebulan lamanya nanti, saya bekerja sebagai Adop (administrasi & operasional), namun ada gosip-gosip dari KorLap kalau Adop juga akan membantu Surveyor untuk melakukan pendataan di lapangan, agar penelitiannya bisa cepat rampung.

Kemarin, saya baru saja mengikuti pembekalan beserta teman-teman Adop lainnya di sekret pusat, tepatnya di Jl. Baji Ati, Cendrawasih. Lumayan, wawasanku jadi bertambah. Ternyata ada banyak kriteria serta jenis-jenis penyandang cacat.

Di pembekalan tersebut, saya baru tahu kalau penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendataan terhadap para penyandang Cacat di Sulawesi Selatan. Berhubung, akan ada program atau bantuan yang akan diberikan oleh pemerintah, dalam hal ini Dept. Sosial kepada para penyandang Cacat. Untuk itu, dibutuhkan data yang lengkap tentang mereka, agar program yang nantinya akan dilakukan Depsos bisa tepat sasaran.

Dalam waktu 1 atau 2 hari ini, saya akan memulai penelitian bersama 6 orang tim. Sementara ini sedang di urus izin penelitian dan basecame oleh KorLap. Ketika semuanya rampung, kami akan langsung turun ke lapangan. Rasanya senang sekali bisa sibuk-sibuk lagi. Apalagi bisa nambah duit bulanan dari fee penelitian. Yah....walaupun fee yang akan didapat dari penelitian ini nda banyak-banyak amat, saya sudah sangat bersyukur. Daripada ga ada kerjaan ..hehehehehe..

Bantaeng adalah kabupaten yang lumayan tidak asing bagi saya. Sudah tiga kali saya pernah kesana. Pertama kali pada bulan oktober 2003. Saat itu ada kegiatan Adaptasi Himpunan Sosiologi. 2 minggu lamanya saya di sana. Berikutnya sekitar pertengahan bulan1 2005 selama 4 hari dan terakhir pertengahan bulan 2 selama seminggu dalam rangka kegiatan Short Course Keorganisasian Bem Fisip UH.

Yang sedikit menantang dari kegiatan tersebut nantinya yaitu, saya akan menjalani puasa di lokasi penelitian. Moga saja sambil menjalani puasa, penelitiannya juga bisa jalan dan lancar.

Sabtu, 16 Agustus 2008

63 Tahun IndoNesia


Ada sebuah mitos bahwa jika seseorang teLah memasuki usia 63 tahun, maka bersiap-siapLah ia untuk dijemput oleh maLaikat maut. Sebab, usia tersebut merupakan usia ideal lama umur hidup manusia. Hari ini IndoNesia geNab berusia 63 tahuN. jika Indonesia ibarat seorang maNusia, maka menurut mitos tersebut, Indonesia harus bersiap-siap menanti paNgGiLan SaNg maLaikat maut!!!


Indonesia adalah negeri impian untuk hidup sejahterah, damai, berkeadilan serta bertoleransi buat anak-anak bangsa ini. Rumah yang menjanjikan kesejukan bagi tiap penghuninya. Suku, ras dan agama membaur dalam semua ruang interaksi. Sebuah negeri dengan gugusan puLau-puLau terhampar dari sumatera hingga Irian, menyimpul dalam ikatan rantai bhiNeka tuNggal ika.

63 tahun sudah kini usianya. Impian mereka yang dulu berjuang meneteskan darah, air mata, keringat dan pena-pena kearifan menuju Indonesia impian masih saja jadi mimpi. Mimpi yang muNgkin saja akan menjadi doNgeng buwat geNerasi anak baNgsa ini di masa datang.

Lalu apa yang diLakukan oLeh anak negeri ini seLama 63 tahuN??? Jangan2 malah hanya ikut-ikutan bermimpi bahkan muNgkin saja sedang tertidur sakiNg asyikNya menikmati iNdahnya Negeri impiaN !!! Ada teman perNah biLang, jika waktu Lahir ia diberi piLihan untuk lahir di Negeri mana? Maka ia tentu akan memiLih diLahirkan di Negeri mana saja yang jeLas bukan Indonesia!

Yaaa, kita semua harus bertanggung jawab atas kondisi bangsa ini sebagai anak Negeri. Apapun kondisinya, Indonesia tetapLah IndoNesia! Dan kita semua masih setia menghuni rumah ini.

Jika iNgin Indonesia tidak haNya menjadi Negeri impian, mari berkarya dengan kemampuan yang kita puNya. Untuk Indonesia yang sejahterah, berkeadiLan, bertoLeransi serta menjadi rumah yang nyaman dan sejuk bagi tiap peNghuNinya……..

Di Persimpangan JaLan


Seminggu setelah sarjana, saudara ku yang paling tua yang selama ini membiayai ongkos kuliah dan segala kebutuhan ku selama di makassar menelpon saya. Dia menayakan rencana yang akan saya lakukan setelah sarjana. Apakah mau pulang ke Bau-Bau atau masih ingin di makassar. Kalau di Bau-Bau, katanya saya tidak akan susah karena banyak kakak-kakak ku yang sudah cukup berhasil bisa membantu saya. Disamping itu, saya juga tidak perlu pusing-pusing karena orang tua juga masih sanggup untuk memenuhi kebutuhan makan, minum dan sejumlah keperluan kecil lainnya buat anak-anaknya di rumah. Namun, jika saya memilih ingin tetap di makassar untuk sementara, maka subsidi yang selama ini mengalir ke saya akan dikurangi.

Maksud kakak ku mengurangi subsidinya bukan untuk lepas tanggungjawab sebagai saudara tertua. Namun, ia bermaksud mengajari saya bagaimana cara hidup mandiri dalam menentukan pilihan hidup. Termaksud untuk tetap survive di kota orang. Saat ia menelpon, saya tidak kaget. Sebab beberapa bulan sebelum sarjana saya sudah membuat pilihan untuk tetap tinggal sementara waktu di makassar .

Namun, saat ini saya mulai berpikir. Sanggupkah saya untuk hidup mandiri di kota orang tampa harus menggantungkan diri secara financial pada keluarga? Kemampuan apa yang bisa saya andalkan untuk bisa bertahan hidup di kota ini? Dua pertanyaan itu selalu membayangi akhir-akhir ini, apalagi jika menjelang tidur di malam hari!

Saya merasa berada di simpang jalan. Antara gejolak serta hasrat untuk menantang hidup di kota orang dan pilihan menjalani kesederhanaan hidup di kampung? Ada sejumlah mimpi-mimpi liar yang terlanjur terbangun dalam kepala saya serta gagasan besar untuk menatap masa depan. Sayang kalau mimpi dan gagasan tersebut harus terkubur karena kerasnya tantangan yang akan saya jalani nantinya.

Satu-satunya alasan yang membuat saya berani memutuskan untuk tinggal di makassar adalah bahwa saya masih muda. Ada semangat dan energi besar dalam diri saya untuk bertarung dengan kerasnya kota makassar. Hasrat ini begitu besar sehingga tak sanggup ku bendung.

Semoga pilihan saya tidak salah. Kalupun nantinya pilihan ini keliru, moga ada hal yang bisa membuat saya belajar. Belajar menjalani hidup dengan pilihan sendiri.

TamaLanrea, 13 Agustus 2008.

Minggu, 10 Agustus 2008

Waktu Bersama yaNg siNgkat


Entah kenapa, bayang dirinya selalu hadir dalam ruang-ruang sepi ku. Tak bisa hilang! Ku coba untuk melepaskannya, yang ada justru bayang-bayang akan masa sewaktu bersama. Ku coba pula untuk menempatkannya pada ruang yang menjadi tempat dimana semua kawan-kawanku ada disitu. Tapi anehnya, ia tetap tampak berbeda dengan yang lainnya! Sangat Aneh rasanya merasakan sesuatu yang sangat dalam. Padahal kalau dihitung-hitung, waktu yang ku lalui bersamanya sangat singkat.

Dulu saya selalu percaya bahwa semakin lama waktu bersama, semakin dalam pula rasa yang tersimpan. Sebaliknya, semakin singkat waktu bersama, tak banyak pula rasa untuk dikenang. Sebab dari waktu yang dilalui itu, ion-ion akan saling bertukar, saling mengisi dan berbagi. Ion yang hadir darinya itulah yang akan menjadi kenangan atas rasa selama bersama. Terkadang kepercayaan hadir dari sebuah pengalaman manusia.

Namun, kepercayaan itu kini nampaknya mulai goyah. Pengalaman di masa lalu tak sanggup menjadi obat mujarap atas cerita yang kualami saat ini. Sudah kucoba untuk merasionalkan situasi yang kujalani saat ini, namun selalu ada sesuatu yang tak mampu dijelaskan oleh rasionalitas ku.

Jika benar bahwa rasa tempatnya ada di wahmi, maka wajar kalau terkadang ia susah untuk di rasionalkan.

Selasa, 05 Agustus 2008

melepas penat di Puca, Maros

seteLah semiNggu berkutat dengan urusan meNyelesaikan berkas2 skripsi pasca ujian meja seminggu yG Lalu (jum'at, 25 juLi 08) akhirnya bisa juga sy melepas penat dan sejenak meNjaLani hari tampa memikirkan persoaLan kampus.
ini bukan yang pertama sy k Puca. 2 tahun Lalu, sy pernah k sana saat ada kegiatan Bina Akrab Maba SosioLogi angkatan 2006. tapi lokasinya bukan di perkebunan Puca, namun di rumah penduduk yang lokasinya sekitar 500m dari lokasi perkebunan Puca.
untuk sampai ke sana, lumayan harus melewati medan yang berliku-liku. dengan berkendara motor Jupiter MX, ku pacu gas motor ku secepat mungkin, karena tak sabar ingin segera menghirup segarnya udara perkebunan Puca. untung saja jalannya tidak terjal. maklum, ada sekitar beberapa kilo, jalannya masih menggunakan pengerasan. namun, karena bawaannya ingin refresing, jalan yang berbatu pun sy anggap jalan beraspal (walaupun tetap aja jalannya sedikit berbat..hehehehe..).
sekitar 1 jam lebih, akhirnya sampai juga d perkebunan Puca. suasan senja menyambutku dengan ramah. ku habiskan waktu 1 jam hanya untuk berkeliling seputaran perkebunan. mulai dari lokasi penangkaran buaya, kebun jeruk sampai taman bunga.
sejenak mataku berhenti liar memandang sekeliling ketika melihat kolam renang. ramai pengunjung asyik mandi dan berenang di sana. dan akhirnya, tergiur juga sy untuk bergabung bersama pengunjung lainnya bermain bersama air. kolam tersebut mempunyai fasilitas ruang ganti pakaian, kamar mandi dan juga meNyewakan ceLana reNang untuk Laki2.
sebeLum meNceburkan diri ke koLam, sy jd teriNgat sm seseoraNg yang perNah sy jaNji untuk diajari bereNang ..hehehehehe..
tak terasa, hari hampir sj geLap dan penguNjung satu persatu puLang. sy pun akhirnya berhenti bereNang. bukan karena hari sudah mulai geLap, tp karena badan ku sadah pegal2 dan napas ku muLai sesak ..hehehe..
suasaNa maLam hari pun tak kaLa seruNya. udaraNya yang Lumayan diNgin jd taNtangan tersendiri.
sebeNarNya sy masih mau berCerita baNyak tentaNg pengaLaman berLibur s Puca, tapi karena saat mengerik tuLisan ini, ada teman yang jahil dan mengganggu saya, akhirnya tuLisan ini sampai di siNi saja.
hehehehehe..
3 agustus 2008

duNia khayal ku ..

Pernah nda kalian mengalami situasi yang membuat anda harus menghabiskan waktu 1 – 2 jam hanya untuk berkhayal. Memikirkan sesuatu yang mungkin saja hanya nyata dalam alam khayal kita. Asyik bermain dengan gagasan, mimpi-mimpi, angan dan bahkan larut dalam dunia yang menyeret anda pada sebuah drama kehidupan yang tidak mungkin di temukan dalam dunia nyata?

Menemukan banyak teman yang seLalu mengerti anda. Mengerti kekurangan anda. Berbagi bersama tampa menghitung-hitung pengorbanan yang dia berikan kepada anda.

Hidup pada lingkungan dimana ekspresi dan kreatifitas anda bisa teraktualkan tampa embel-embel aturan ataupun ikatan yang bisa mengekang potensi anda.

Bekerja dengan ritme dan gaya anda sendiri tapi tetap paham apa yang mesti anda lakukan. Menjalani aktifitas dimana privasi anda sangat dihargai, namun tetap terbuka untuk hal-hal yang menyangkut persoalan bersama.
Dan …. menemukan seseorang yang pantas dicintai dan mencintai anda.

Mungkin ini naïf bahkan sesuatu yang bodoh. Menghabiskan waktu 1 – 2 jam hanya untuk bermain dalam fantasi dan imaji yang sangat abstrak tapi begitu nyata terasa.

Jika anda pernah melakukannya, tolong ceritakan pada saya apa yang anda rasakan ketika berada dalam dunia tersebut. Jangan lupa juga untuk mengatakan bagaimana perasaan anda ketika keluar dari dunia itu.

Saya hanya ingin tahu. Apakah yang anda rasakan juga sama dengan apa yang saya alami dan rasakan.

Senin, 04 Agustus 2008

akhirNya SarjaNa juga ..

Tak terasa, terNyata sudah eNam tahun saya jadi mahasiswa. Meninggalkan kampung halaman Kota Bau-Bau haNya untuk meLanjutkan studi d Universitas Hasanuddin. enam tahun bukan waktu yang sedikit.
jika waktu yang sy habiskan untuk kuliah dipakai untuk bekerja di kampung, mungkin saja saya sudah punya sejumlah tabungan, atau mungkin saja saya sudah punya penghasilan sendiri hingga tidak bergantung lagi kepada orang tua. saya jadi berpikir, kenapa enam tahun yang lalu, saya tidak memilih untuk cari kerja saja? kenapa harus memilih untuk melanjutkan sekolah seperti saudara-saudara saya? di Unhas lagi!
terkadang terlintas penyesalan akan pilihan ku untuk sekolah di PT. apalagi, saat-saat pertama menjadi mahasiswa, ketika mendapat perlakuan dari senior-senior di kampus yang menyambut kami dengan sejumlah cacian yang diselingi beberapa kali tamparan, pukulan dan peloncohan! hehehe, saya tiba-tiba jadi ingat masa-masa ospek di kampus.
namun, lambat laun penyesalan tersebut tergantikan dengan perasaan bangga menjadi mahasiswa. apalagi mahasiswa Unhas, yang cukup memiliki predikat baik di kampung.
seiring berjalannya waktu, pengalaman baru mengisi kehidupan ku. mulai dari rutinitas kuliah di ruang kelas, ikut-ikutan berorganisasi sampai nongkrong di kioridor kampus bersama teman-teman. suasana yang mungkin saja tidak saya dapatkan jika enam tahun lalu saya akhirnya memilih untuk cari kerja, tidak memilih lanjut sekolah.
sebenarnya, dari 6 tahun waktu yang aku habiskan di kampus, hanya empat setengah tahun saya terhitung aktif kuliah. karena 1 semester tidak aktif kuliah pada semester delapan dan 1 tahun diskorsing (semester 9&10) akibat melanggar ketertiban kampus menurut dosen ku di sospol. jadi boleh dibilang, saya nda lama-lama amat kuliah. hehehehe..
waduh, lama-lama jadi ngawur nih tulisannya.
yang mau saya bilang lewat tulisan ini, akhirnya saya bisa juga menyelesaikan studi di Jurusan Sosioloigi Fisip Unhas. selesai dengan hasil ujian skripsi nilai 'A' (maaf kalau sedikit sombong) hehehehe..



Jumat, 01 Agustus 2008

belajar menulis

Terkadang ada sejumlah pengalaman atau cerita yang ingin saya ungkapkan lewat tulisan. Namun ketika hendak menuliskannya, saya tiba-tiba jadi bingung untuk memulainya? terkadang juga saya punya ide merangkai kata-kata di awal sebuah tulisan, tapi sangat rumit rasanya untuk mengrangkai kata-kata tersebut menjadi dua atau tiga buah paragraf.
hambatan lainnya ketika mau menulis yaitu saya merasa bahwa tulisan yang saya buat tidak beraturan, tidak ilmiah serta tidak berkualitas. saya jadi sangat tidak percaya diri jika tulisan ku dibaca oleh orang lain.
karena itu, saya coba membuat blog sebagai tempat belajar untuk menulis. tentunya, saya berharap banyak bisa belajar dari siapapun lewat blog ini.