Sabtu, 16 Agustus 2008

Di Persimpangan JaLan


Seminggu setelah sarjana, saudara ku yang paling tua yang selama ini membiayai ongkos kuliah dan segala kebutuhan ku selama di makassar menelpon saya. Dia menayakan rencana yang akan saya lakukan setelah sarjana. Apakah mau pulang ke Bau-Bau atau masih ingin di makassar. Kalau di Bau-Bau, katanya saya tidak akan susah karena banyak kakak-kakak ku yang sudah cukup berhasil bisa membantu saya. Disamping itu, saya juga tidak perlu pusing-pusing karena orang tua juga masih sanggup untuk memenuhi kebutuhan makan, minum dan sejumlah keperluan kecil lainnya buat anak-anaknya di rumah. Namun, jika saya memilih ingin tetap di makassar untuk sementara, maka subsidi yang selama ini mengalir ke saya akan dikurangi.

Maksud kakak ku mengurangi subsidinya bukan untuk lepas tanggungjawab sebagai saudara tertua. Namun, ia bermaksud mengajari saya bagaimana cara hidup mandiri dalam menentukan pilihan hidup. Termaksud untuk tetap survive di kota orang. Saat ia menelpon, saya tidak kaget. Sebab beberapa bulan sebelum sarjana saya sudah membuat pilihan untuk tetap tinggal sementara waktu di makassar .

Namun, saat ini saya mulai berpikir. Sanggupkah saya untuk hidup mandiri di kota orang tampa harus menggantungkan diri secara financial pada keluarga? Kemampuan apa yang bisa saya andalkan untuk bisa bertahan hidup di kota ini? Dua pertanyaan itu selalu membayangi akhir-akhir ini, apalagi jika menjelang tidur di malam hari!

Saya merasa berada di simpang jalan. Antara gejolak serta hasrat untuk menantang hidup di kota orang dan pilihan menjalani kesederhanaan hidup di kampung? Ada sejumlah mimpi-mimpi liar yang terlanjur terbangun dalam kepala saya serta gagasan besar untuk menatap masa depan. Sayang kalau mimpi dan gagasan tersebut harus terkubur karena kerasnya tantangan yang akan saya jalani nantinya.

Satu-satunya alasan yang membuat saya berani memutuskan untuk tinggal di makassar adalah bahwa saya masih muda. Ada semangat dan energi besar dalam diri saya untuk bertarung dengan kerasnya kota makassar. Hasrat ini begitu besar sehingga tak sanggup ku bendung.

Semoga pilihan saya tidak salah. Kalupun nantinya pilihan ini keliru, moga ada hal yang bisa membuat saya belajar. Belajar menjalani hidup dengan pilihan sendiri.

TamaLanrea, 13 Agustus 2008.

Tidak ada komentar: