Kamis, 02 September 2010

Shalawatan sebelum Qamat subuh

Mushala Sagan yang ada di belakang kost saya ukurannya tidak besar-besar amat. ukuran mushala ini hanya bisa menampung kira-kira 30 jamaah, itupun sudah ditambah dengan tikar atau karpet di sisi belakang mushala. di kota Jogjakarta, khususnya di daerah sekitaran kampus UGM, tidak banyak terdapat masjid yang berukuran besar seperti di Makassar atau di kota saya Bau-Bau. masjid terbesar di daerah ini adalah masjid kampus UGM, selebihnya praktis kita hanya menjumpai mushala yang berada di tengah-tengah pemukiman penduduk atau rumah-rumah kost mahasiswa. sama halnya dengan mushala Sagan yang ada di belakang kost saya, lokasinya berada di tengah-tengah rumah kost, jika dilihat dari luar, bangunan tersebut sama sekali tak menampakan atau mencirikan rumah ibadah. maklum, mushala ini dulunya adalah bekas rumah kost yang kemudian dihibahkan oleh pemiliknya menjadi tempat ibadah atau mushala.

Ada hal menarik kenapa saya menulis tentang mushala ini. fenomena unik yang mungkin saja tidak ditemukan pada masjid atau mushala lainnya. setiap harinya, setelah azan subuh dikumandangkan, disela-sela waktu shalat sunat dan menunggu waktu qamat, selalu dilantungkan shalawat dengan menggunakan bahasa Jawa. shalawat tersebut berisikan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Penggalan kalimat shalawat yang sempat saya ingat yang selalu dilantungkan yaitu " Gusti Alloh Pengeran kulo, Nabi Muhammad Pangeran kulo (Gusti Allah Raja kami, Nabi Muhammad Pangeran kami). saya hanya bisa mengingat dua kalimat itu, sebab shalawat yang dilantungkan semuanya menggunakan bahasa jawa.

semenjak mushala Sagan ini dijadikan rumah ibadah,shalawatan ini merupakan tradisi yang setiap tahun dilantunkan setelah azan subuh dan sebelum qamat dikumandangkan.
Sagan, 23 Agustus 2010

Puasa Kedua di Jogjakarta


Roda waktu terus bergerak, tidak terasa ini adalah kali kedua saya merasakan puasa di Kota Jogjakarta. Tahun lalu, saat merasakan pertama kalinya puasa di kota ini, ada perasaan yang bercampur aduk dalam diri saya. Sejenak terlintas kebanggaan akhirnya bisa juga menginjakan kaki di kota ini, walaupun kebanggaan itu tak bertahan lama tergantikan oleh perjuangan untuk mengenali medan baru yang akan menjadi tempat berlabuh melanjutkan pendidikan untuk beberapa waktu lamanya.

Puasa yang kedua ini sangat berbeda dengan apa yang saya rasakan tahun lalu. Kali ini saya sudah cukup menguasai medan di kota ini. Setiap harinya saya sudah mempunya agenda untuk berbuka puasa di beberapa tempat. Hampir setiap hari saya berbuka puasa di tempat yang berbeda. Mulai dari berbuka di masjid kampus UGM, di Mushala Sagan (belakang rumah kost), buka puasa bersama teman-teman kuliah, bersama teman-teman dari sulawesi dan lainnya. Yang jelasnya, hampir setiap hari berbuka puasa di tempat yang berbeda. Hal ini sengaja saya lakukan karena mungkin saja puasa tahun depan (jika masih dipertemukan kembali dengan ramadhan) saya sudah berada di kota lain sebab saya berencana dan mengusahakan agar dapat menyelesaikan kuliah secepat mungkin.

Menjalani puasa kedua di kota ini juga mendatangkan pengalaman spiritual yang berbeda. Saya lebih menikmati saat-saat menjalani puasa dan menikmati betul saat-saat menjelang berbuka puasa. Ya, inilah sedikit coretan tentang pengalam menjalani puasa kedua kalinya di Kota Jogjakarta.

Sagan, 22 Agustus 2010