Selasa, 30 Desember 2008

Menunggu Responden Pulang ke Rumah


Sore-sore, langit tampak mendung. Sesekali terdengar bunyi gelegar guntur menggemuruh di langit sebagai tanda kalau sebentar lagi akan hujan. Saat itu saya sedang duduk di atas sebuah batu besar yang ada di bawah pohon depan rumah bapak paulus rantealo, sambil memandang ke arah selatan, menikmati hamparan bebukitan, yang di bawahnya terdapat banyak pohon rindang

Sudah hampir satu jam saya duduk di situ. Menunggu pak paulus pulang ke rumahnya. Setelah beberapa kali mengetuk pintu rumahnya dan memberi salam, tidak ada seorangpun yang keluar dari dalam rumahnya. Tampaknya rumah itu sementara ditinggal pergi oleh penghuninya. Karena tidak ingin bolak balik ke base camp, saya pun memutuskan untuk menunggu di depan rumahnya.

Sore itu saya ditemani oleh dua batang rokok djie sam soe. Pada saat ingin membakar rokok, ternyata saya tidak membawa korek api. Sial! Heheheehe.. tidak lama berselang, ada seorang bapak melintas depan rumah pak paulus, kebetulan depan rumahnya adalah jalan poros kampung. Ia berjalan sambil merokok. Saya langsung bergegas menghampiri orang tersebut untuk membakar rokok yang ada di kantung saku celana. Hhhhsssssss… akhirnya mulut saya bisa mengepulkan asap rokok aroma tembakau djie sam soe. Sangat pas dengan lpkasi pegunungan toraja yang dingin. Hanya sayang, tidak ada secangkir kopi yang dapat menambah kehangatan suasana sore itu.

Saya mulai gelisah karena satu jam lebih sudah, rumah pak paulus masih tampak kosong. Belum ada tanda-tanda sedikitpun kalau rumah itu sudah terisi lagi oleh penghuninya. Kegelisdahan itu mulai bertambah ketika satu persatu butiran hujan mulai teradsa membasahi kulit.
Tidak lama berselang, hujan pun turun dengan deras. Karena tidak ingin kebasahan, akupun bergegas menuju bawah kolong rumah pak paulus, dan akhirnya yang saya tunggu-tunggu dating juga. Pak paulus beserta istrinya kembali dengan membawa sebuah pacul dan keranjang yang berisi sayur untuk makanan babi. Aku langsung memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatanganku. Rupanya mereka berdua baru saja pulang dari kebun yang jaraknya kurang lebih satu kilo meter dari rumahnya.

Paulus rantealo dan istrinya sangat ramah menyambutku. Tampa banyak pertanyaan, mereka langsung bersedia diwawancarai. Penantianku selama satu jam lebih serasa terbayar oleh kehangatan keluarga mereka. Apalagi saya disuguhi segelas kopi hangat dan diperbolehkan merokok saat wawancara, sebab pak paulus juga orangnya perokok.

Toraja, 04 des 2008

Tidak ada komentar: