Senin, 12 Oktober 2009

Akhirnya, buku "Naskah Buton, Naskah Dunia" terbit juga



Siang tadi, selepas kuliah teori sosiologi saya mengikuti Seminar Internasional yang diadakan oleh Jurusan Hubungan Internasional. Tema seminarnya menarik dan juga tidak dipungut biaya. Baru saja memasuki ruang seminar, tiba-tiba telponku berdering, melihat nomor telepon yang memanggil, saya langsung segera mengangkatnya. Tak perduli dengan orang-orang di sekeliling yang sedang serius menyimak persentase pemakalah, saya juga asyik sibuk dengan pembicaraan di telepon walaupun sedikit mengganggu beberapa orang yang duduk dibangku sekitarku.

Setelah pembicaraan di telepon selesai, saya putuskan untuk tidak jadi mengikuti seminar tersebut sampai tuntas. Betapa tidak, yang tadi menelpon itu adalah Mas Eko dari Insist Press, dia memberitahukan jika buku ‘Naskah Buton, Naskah Dunia’ yang dicetak oleh Insist telah selesai dicetak sebanyak 126 buah dan sudah bisa diambil di tempat percetakan mereka.

Betapa senang saya mendengar berita itu. Ini bahkan melebihi perjanjian saya dengan pihak Insist yang semula hanya mencetak seratus buah buku saja dulu untuk kepentingan launching buku di acara ulang tahun Kota Bau-Bau tanggal enam belas nanti, sementara sisanya yang sembilan ratus buah akan menyusul kemudian. Perjanjian tersebut terpaksa saya lakukan karena pihak percetakan Insist tidak dapat menyanggupi untuk mencetak buku sebanyak seribu buah dengan waktu yang sangat singkat. Biasanya ketika buku yang akan dicetak sampai sebanyak seribu buah maka waktu percetakan yang dibutuhkan sekitar dua minggu. Memang saya akui jika percetakan buku tersebut terkesan sangat buru-buru, namun saya dan teman-teman respect tidak punya banyak pilihan. Yang kami tahu bahwa sebelum tanggal enam belas buku tersebut sudah selesai dicetak dan tiba di Bau-Bau. Makanya saya dan teman-teman memutuskan untuk mencetak seratus buah dulu, hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan launching, apalagi pihak panitia ulang tahun kota sudah menjadwalkan kegiatan tersebut.


Saya langsung meluncur ke kantor Insist Press sebab tak sabar ingin segera melihat hasil cetak bukunya. Betapa puasnya saya ketika tiba disana dan langsung memeluk buku ‘Naskah Buton, Naskah Dunia’. Jika tidak ada aral melintang, buku tersebut akan dikirim hari rabu nanti ke Makassar lewat pesawat karena waktunya sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan pengiriman menggunakan ekspedisi kapal yang ongkos kirimnya jauh lebih murah dibanding pengiriman lewat pesawat namun membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar seminggu. Dari makassar, buku tersebut akan dilanjutkan pengirimannya dengan kapal pelni sampai ke Bau-Bau. Semoga saja tidak ada kendala hingga bukunya tiba di Bau-Bau dan semoga juga launcing buku tersebut sukses dan bisa dinikmati oleh masyarakat Bau-Bau.

Buku tersebut bukan ditulis oleh saya, bukan pula oleh teman-teman respect, namun kami hanya sebagai putra Buton yang merasa terpanggil untuk mengabadikan hasil simposium pernaskahan oleh Masyarakat Pernaskahan (Manasa) yang pernah dilaksanakan di Kota Bau-Bau 2005 silam dalam bentuk buku agar kelak ia bisa abadi dan diketahui oleh generasi Buton berikutnya bahwa pernah diadakan perhelatan besar mengkaji naskah-naskah Buton, naskah melayu dan juga beberapa naskah luar lainnya. Buku tersebut diterbitkan oleh respect dan dieditori oleh Yusran Darmawan yang juga sebagai dewan pakar di respect.

Betapa disayangkan jika hasil simposium pernaskahan yang dihadiri oleh banyak peneliti dari luar Buton dan bahkan juga beberapa peneliti asing hanya tersimpan dalam memori ingatan mereka yang sempat hadir pada kegiatan tersebut. Selama ini, di Bau-Bau, hasil simposium tersebut hanya terdokumentasikan dalam bentuk foto dan makalah dan hanya tersebar atau dimiliki oleh beberapa orang saja. Kabarnya hasil symposium tersebut sudah pernah diterbitkan dalam jurnal filologi melayu di Malaysia. Namun sayangnya jurnal tersebut hanya beredar dikalangan akademis di Malaysia dan tak ada satupun yang dinikmati oleh masyarakat Bau-Bau sebagai tuan rumah penyelenggara perhelatan akbar tersebut.

Kondisi inilah yang menginspirasi saya dan teman-teman di respect untuk mempublikasikan hasil symposium tersebut dalam bentuk buku. Sayangnya pada saat kami mengumpulkan makalah-makalah yang dipersentasekan pada symposium tersebut, hanya ada tujuh makalah yang membahas tentang Buton, namun kami tak kehabisan akal. Kami pun mentaktisinya dengan memperkaya data buku tersebut dengan tambahan tulisan dari beberapa orang yang tertarik dengan kajian akan naskah Buton, dan akhirnya tulisan dengan topik atau tema yang berhubungan dengan naskah Buton pun berkembang hingga mencapai enambelas tulisan hingga rampung seperti sekang ini.

Kini buku ‘Naskah Buton, Naskah Dunia’ sudah ada sama saya. Buku ini akan menjadi saksi bahwa benih-benih intelektualitas di Buton sudah tumbuh subur sejak ratusan tahun silam. Ketika Islam masuk, dunia intelektual pun mulai bersemayam pada orang-orang Buton terutama pada para pemimpinnya. Ia akan menjadi pemantik untuk bersemainya gagasan-gagasan baru bagi kami generasi yang kini menikmati buah pemikiran mereka…

Kamis, 08 Oktober 2009

Ridwan dan Munas VIII Golkar

Tadi malam saya menonton dan mengikuti perkembangan Munas Golkar lewat TV. Saya kira juga ada banyak orang yang menonton dan mengikuti perkembangan Munas tersebut, terutama para pengamat politik. Rela begadang menanti hasil akhir dari pertarungan Abu rizal bakri Vs Surya paloh. pertarungan tersebut tidak hanya melibatkan indvidual mereka berdua, namun jauh dari itu, ini adalah pertarungan antara kubu yang memilih untuk berafiliasi dengan pemerintahan Sby-Budiono yang dimotori Ical dkk ataukah memilih independen di luar pemerintahan yang digawangi oleh Paloh Cs.

Di kubu Ical ada Agung Laksono, Akbar Tanjung dkk. Sementara di kubu Paloh kabarnya didukung JK dan kelompok muda idealis di partai itu. Saya tidak bermaksud memberikan ulasan lebih jauh tentang kekuatan politik kedua kubuh dan pertarungan yang terjadi di dalam Munas Golkar karena saya bukan pengamat apalagi pakar politik. Lebih mikro, sekedar berceritra saja tentang posisi dan dukungan politik DPD 1 Golkar beserta DPD 2 Kabupaten/kota di Sultra.

Saat mendengar Mc (panitia Munas) berkata "selanjutnya siap-siap Sulawesi Tenggara", saya langsung mendekatkan diri dengan layar TV. Terlihat Ridwan Bae(ketua DPD 1 Golkar Sultra) dengan percaya diri berjalan menuju bilik suara dan memasukan kertas suara ke kotak yang tersedia, kemudian disusul oleh Safei Kahar(Ketua DPD 2 Golkar Buton), kemudian Ruslimin Mahdi(Ketua DPD 2 Golkar Bau-Bau) dan kemudian menyusul ketua DPD 2 lainnya. Kemana dukungan dan suara DPD 1 Sultra beserta DPD 2nya ? Bagi orang-orang yang sering mengikuti jejak politik Ridwan Bae, pastilah mereka akan bilang kalau dukungan dan suara DPD 1 dan DPD 2 Golkar di Sultra akan memilih calon yang peluangnya paling besar untuk menang.

Jika DPD 1 beserta seluruh DPD 2 Golkar Sulsel telah komitmen memberikan dukungannya kepada Surya Paloh, berbeda halnya dengan DPD 1 Sultra beserta DPD 2nya. Jika pada pemilu presiden kemarin Sulsel, Sulbar dan Sultra menjadi daerah kemenagan JK, bukan berarti seluruh DPD1 dan DPD 2 di daerah tersebut juga otomatis akan memilih Surya paloh pada Munas Golkar tadi malam, sebab peta politik Pilpres jauh berbeda dengan peta politik yang ada di Munas Golkar kemarin.

Saat perhitungan suara selesai, nampak ketua DPD 1 Golkar Sultra berpelukan dengan kawan disampingnya menampakan ekspresi kemenagan. Hal tersebut mempertegas kemana arah dukungan politik Golkar Sultra pada saat pemilihan subuh tadi. Jika melihat sedikit kebelakang, tentang proses terpilihnya Ridwan sebagai ketua DPD 1 Golkar Sultra yang menggantikan Ali Mazi lewat Musdalub yang diselenggarakan di Makassar tahun lalu, tidak terlepas dari restu dan dukungan politik ketua DPP Golkar Agung Laksono. Berdasarkan kondisi tersebut, tentu saja pengaruh Agung Laksono atas dukungan politik Golkar Sultra ke salah satu calon (Abu rizal bakri) dalam Munas Golkar kali ini sangat besar. Apalagi beberapa waktu yang lalu, presiden SBY telah memberi sinyal kepada para Gubernur/Bupati/Walikota yang bermasalah dari partai Golkar untuk hati-hati dengan hukum. Pada posisi ini, saya kira tidak salah lagi kalau Ridwan sudah pasti akan menjatuhkan pilihan politiknya untuk memilih Ical. Selain sebagai balas jasa juga untuk mengamankan dirinya dari kemungkinan jeratan hukum atas kemungkinan pelanggaran yang dilakukan selama menjabat(*)

Senin, 05 Oktober 2009

malas menulis

Hampir sebulan tidak ada tulisan baru yang saya buat, walaupun ada beberapa coretan kecil tentang beberapa pengalaman melakukan perjalanan selama berada di kampung halaman. entah kenapa, selama berada di kampung, saya dihampiri kemalasan yang sangat amat untuk menulis walau hanya sekedar untuk menceritakan pengalaman saya selama berada di kampung sehingga beberapa coretan tersebut tidak bisa saya selseaikan dan akhirnya lewat begitu saja. apalagi sewaktu berada di kampung, saya sangat malas untuk ke warnet.

sekarang saya kembali berada di perantauan. moga-moga saya bisa sering menulis walau hanya seputar pengalaman hidup di perantauan...

Kamis, 10 September 2009

Diskusi Buton Raya di Facebook


Belakangan ini, setiap saya mengakses facebook, saya selalu mengikuti perkembangan diskusi di group-group yang berkaitan dengan Buton, terutama di group komunitas Buton Raya. Tema pembicaraan tentang buton raya memang cukup menarik dan harus menjadi pembicaraan yang masif sehingga dapat menjadi konsumsi publik. saya termasuk orang yang menaruh harap dengan terbentuknya Buton Raya, namun tidak berada pada posisi fanatik bahwa propinsi baru harus terbentuk sebagai wadah yang mempersatukan kekuatan kembali Buton dimasa lalu.

Dari beberapa group di fecabook terkait dengan Buton yang saya ikuti, saya mengamati ada banyak asumsi maupun argumen yang berpangkal pada kejayaan serta nama besar Kerajaan/kesultanan Buton di masa lalu yang berusaha ditarik ke masa kini (walaupun tidak menjadi wacana dominan), diramu sedemikian rupa agar dapat menjadi ingatan kolektif yang bisa merekatkan masyarakat kita. strategi demikian cukup efektif untuk membangun kekuatan bersama, namun saya masih sedikit meragukan kalau itu menjadi kebutuhan dasar masyarakat kita saat ini?

Saya agak sependapat dengan pendapat Prof Susanto zuhdi yang menganggap bahwa Buton adalah sejarah yang terabaikan dalam peta sejarah dan kebudayaan Indonesia. ditambah memang sejarah selalu dilihat dari tafsir budaya-budaya dominan, khususnya di bagian timur indonesia, sejarah sangat dipengaruhi oleh tafsir dari Gowa dan Ternate. beberapa fakta tersebut sangat mengusik saya sebagai orang buton. mengapa Buton menjadi sejarah yang terkalahkan'? beberapa peristiwa silam seperti begitu mudahnya Kesultanan Buton bergabung dengan NKRI, kisah pilu Bupati Kasim dan cap PKI atas daerah kita yang berdampak pada hilangnya satu generasi yang coba dibangun fondasinya oleh beliau, tidak terpilihnya Bau-Bau sebagai ibukota Sultra yang sebelumnya menjadi ibukota Kabupaten Sulawesi Tenggara, dan konon saat ini ada rumor yang berkembang bahwa ada sejumlah skenario yang berusaha menyingkirkan kekuatan Buton dalam ranah politik di Sultra oleh sejumlah kelompok (ini masih asumsi).

Masih menyimpan segudang tanya bagi saya, kehadiran propinsi Buton Raya nantinya dapat membuat sejarah Buton tidak terpinggirkan lagi? Saya tertarik dengan pertanyaan yang diajukan oleh Bung Alfin dalam salah satu topic diskusi pada group komunitas Buton Raya tentang pra dan pasca pemekaran buton raya, katanya apakah saat ini kita kalah dalam percaturan permainan di Sultra? Juga tertarik oleh jawaban bung Yudi yang menganggap bahwa pembentukan Buton Raya bukan karena atas dasar kalahnya kita bersaing dengan daerah lain, namun karena alasan sejarah dan budaya yang sudah terbangun sejak masa silam.

Dari sejumlah pendekatan untuk mengkaji fenomena pemekaran wilayah, pendekatan structural bisa dijadikan perspektif untuk meneropong dan memahami isu pemekaran. Pendekatan structural itu umumnya ada dua yaitu; adanya sumber daya yang cukup seksi untuk diperebutkan, dan adanya Strong men yang mempunyai kekuatan/relasi cukup baik dipusat namun sudah tidak punya ruang lagi untuk bermain disana dan mencari ruang baru di daerah agar tetap eksis dalam panggung politik. Salah satu contoh pemekaran daerah dengan analisis structural ini bisa dijumpai pada kasus pemekaran propinsi Sulbar dari Sulsel dengan hadirnya kekuatan Adwar adnan saleh sebagai strong men yang punya relasi kuat di pusat dan akhirnya menjadi kepala daerah di propinsi baru yang dimekarkan tersebut.

Nah bagimana dengan kasus Buton raya? Adakah sumber daya yang cukup seksi untuk diperebutkan sebagai lahan perebutan bisnis? Adakah sosok strong men itu?

Kasus Buton Raya mungkin agak berbeda halnya dengan yang terjadi di Sulbar, mengingat bahwa wacana pemekaran buton raya saat ini lebih dominan dimainkan oleh elit politik local yang dimotori oleh kepala daerah yang berusaha memaksimalkan jejaring social dan politik mereka yang ada di pusat untuk mendorong pembentukan propinsi baru.

Dalam pengamatan saya, sampai saat ini praktis belum muncul seorang figure yang mempunyai relasi kuat di Jakarta dan ingin mencari ruang baru di daerah. Beberapa figure seperti Masihu Kamaludin atau Jeni Hasmar tidak tampil pada garda terdepan dalam perjuangan pemekaran. Strong men tersebut lebih diperankan oleh elit politik local (Bupati/walikota) yang sementara ini menjabat.

Kendali pemekaran Buton Raya saat ini berada di pusat. Dalam kondisi seperti itu membuka peluang yang sangat terbuka bagi mereka yang mempunyai relasi dan sejumlah capital terkait lobi dan negosiasi terwujudnya sebuah pemekaran. Hal lain yang menurut saya agak dilupakan dalam diskusi-diskusi tentang pemekaran adalah kekuatan militer terkait masalah teritorial. Salah satu masalah yang sering muncul terkait dengan pemekaran adalah masalah penentuan ibukota. Persoalan penentuan ibukota terkadang dengan tidak sengaja akan menarik kekuatan militer masuk kedalam, apalagi persoalan teritori memang bagian dari wilayah yang diurusinya. Namun lebih jauh, masalah teritori bukan hanya sebatas penentuan ibukota saja, sejalan dengan itu terkait juga dengan pengaturan dan pembagian lahan bisnis baru bagi militer. Apalagi mengingat militer mempunyai kekuatan yang sangat kuat dan cukup solid sampai ke tingkat daerah dan masih belum bisa melepaskan diri dari dunia bisnis yang menjadi sumber lain untuk pendapatan mereka. Jika elit politik lokal kecolongan, militer bisa lebih jauh masuk dan bahkan mengambil alih proyek pemekaran yang diperjuangkan oleh mereka.

Untuk kasus Buton Raya, bagi saya yang terpenting adalah diadakannya rekonsiliasi antara pulau yang tergabung didalamnya, sebab Buton Raya merupakan daerah dengan banyak pulau yang rentan dengan potensi konflik, apalagi jika merunut ke sejarah, peradaban daerah ini dibangun tidak hanya oleh komunitas local disaat itu, namun sangat dipengaruhi juga oleh sejumlah kekuatan kelompok migran yang merantau baik dengan sengaja maupun tidak sengaja berlayar dan akhirnya menetap di jazirah tenggara Indonesia. Salah satu kutukan untuk daerah yang banyak mempunyai sumber daya adalah konflik. Ini bisa dijumpai pada beberapa daerah di Indonesia misalnya Irian atau Maluku(*)





Sabtu, 05 September 2009

Obrolan Sore Yang Aneh

Sudah dua hari ini saya buku puasa di mace kantin fisip Uh. Suasana yang selalu saya rindukan ngumpul bersama teman-teman di kampus waktu kuliah dulu. Namun sekarang saya mendapatkan situasi yang sangat berbeda dengan beberapa tahun lalu, tempat itu selalu rame ditongkrongi oleh anak-anak sospol dan juga beberapa alumni yang masih sering masuk kampus dan kadang juga beberapa dosen yang biasa bergaul dengan mahasiswa. Saya tidak menjumpai lagi orang-orang yang biasa asyik bermain domino disana. Di kantin fisip pada sore hari begitu sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk asyik internetan tampa saling tegur sapa. Kantin fisip menjadi sedikit rame jika waktu berbuka puasa sudah dekat, itupun yang meramaikannya adalah mahasiswa komunikasi saja. Bersama beberapa orang kawan saya menghabiskan sore di kantin sambil bercerita ngawur ngidul menungggu waktu berbuka tiba.

Sore tadi suasananya hampir tak jauh berbeda dengan kemarin. Waktu menunggu berbuka diisi dengan banyak obrolan apa saja, diskusinya tidak fokus dan melebar kemana-mana mulai dari gosip krisdayanti yang ditalak oleh anang, cerita pengalaman senior-senior Fisip yang mencoba bertahan hidup di jakarta, obrolan singkat tentang lembaga kajian lipstik di Fisip yang pernah di ketuai teman saya dahlan sampai pada pembicaraan masa depan.

Obrolan tadi sore dengan beberapa teman tiba-tiba mengganggu tidurku malam ini. Tema obrolan yang mengganggu itu adalah seputar orientasi hidup dan pekerjaan di masa depan. Saat ini saya sementara berusaha untuk fokus melanjutkan study paskasarjana di Ugm walaupun harus dengan susah payah mencari duit untuk membayar biaya SPP dan sewa kost di Jogja. Larut dalam pembicaraan, saya pun curhat kepada mereka kalau saja saat ini saya bingung untuk mencari duit guna membeli beberapa buku sebagai literatur belajar dan biaya bulanan selama hidup di Jogja. Tiba-tiba ada seorang teman yang memberikan saran bagaimana cara untuk bisa membiayai pendidikan selama sekolah (mohon maaf, caranya tidak bisa saya jelaskan disini).

Awalnya saya tak menggubris saran tersebut, bahkan saya menganggap itu sebagai sebuah lelucon, namun setelah saya kembali ke pondokan, kamar teman tempat saya menginap, tiba-tiba pembicaraan tadi sore di kantin melintas dan langsung mengisi ruang-ruang berpikirku. Saya pun gelisah sampai-sampai tak bisa tidur karena memikirkannya terus. Pembicaraan tentang masa depan memang selalu jadi topic menarik dan tak ada matinya. Manusia senantiasa membangun mimpi-mimpi untuk dapat hidup lebih baik, berharap pula dapat menghabiskan masa tua dengan nyaman dan damai. Sampai catatan ini selesai saya tulis, pikiranku masih terganggu oleh pembicaraan di sore tadi.
Tamalanrea, 04 sept, pukul 03:25

Kamis, 27 Agustus 2009

Menunggu Yang Membosankan di Bandara Jogja


Ketika menulis catatan ini saya teringat pada sebuah iklan rokok yang mengisahkan keterlambatan jadwal penerbangan pesawat di Bandar udara Indonesia. dalam iklan itu disinggung betapa karetnya jadwal penerbangan yang ada sehingga model yang memerankan iklan tersebut sudah mempersiapkan tenda untuk istirahat menunggu dan bahkan memanggang sesuatu untuk dijadikan santap makanan di dalam bandara. Kebetulan rokok tersebut punya slogan enjoy aja , jadi tak masalah jika jadwal penerbangannya tidak tepat waktu. Saya tidak ingin membahas lebih jauh iklan tersebut, namun saya punya cerita yang mirip dengan iklan tersebut sewaktu hendak melakukan perjalanan dari Jogjakarta menuju Jakarta, hanya saja saya sama sekali tidak membawa persiapan untuk mengantisipasi keterlambatan penerbangan pesawat selayaknya kisah dalam iklan tersebut.

Kemarin saya melakukan perjalanan dari Jogjakarta menuju Jakarta dengan terbang menggunakan pesawat Lion. Dalam tiket tertera jadwal penerbangan pukul 16:25 dan akan sampai pada pukul 17:25 Wib. Sebelum menuju bandara saya masih menyempatkan diri jalan-jalan ke malioboro, salah satu pusat perbelanjaan di Jogja untuk mencari oleh-oleh khas kota itu. Saking asyiknya keliling mencari oleh-oleh, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 3 lewat. Setelah belanja oleh-oleh saya segera pulang ke kost teman tempat menginap sementara di Jogja dengan terburu-buru dan setelah mengepak barang ke dalam tas dengan tidak beraturan langsung saja saya meluncur ke bandara diantar oleh teman dengan menggunakan sepeda motor. Motor pun dikebut dengan kencang agar tak terlambat sampai di bandara dan saya pun tiba sekitar pukul 4 lewat 10 menit. Ketika tiba di bandara dan melakukan cek in, jadwal penerbangan yang tertera pada tiket saya dicoret oleh petugas dan diganti jadwal penerbangannya menjadi pukul 17:30 Wib.

Awalnya saya merasa lega tidak ketinggalan pesawat namun tak berselang lama perasaan lega tersebut menjadi jengkel karena harus menunggu 1 jam di bandara karena pesawatnya delay sekitar satu jam. Setelah beberapa waktu menunggu, akhirnya pesawat yang akan kami tumpangi mendarat dan tak lama berselang kemudian kami pun dipersilahkan untuk naik ke dalam pesawat.

Dua orang Pramugari cantik memperagakan cara menggunakan sabuk pengaman, menggunakan masker oksigen ketika sewaktu-waktu udara dalam pesawat berkurang dan cara menggunakan pelampung ketika pesawat tiba-tiba melakukan pendaratan darurat. Saya tak memperhatikan penjelasan dan juga peragaan yang dilakukannya namun saya hanya terpaku dan menatap wajah cantik pramugari di depanku tanpa berkedip karena kedipan pertama adalah ibadah :). Setelah pramugari itu selesai memberikan petunjuk artinya pesawat tidak lama lagi akan segera lepas landas. Anehnya pesawat yang telah melakukan ancang-ancang untuk lepas landas tiba-tiba berhenti dan diam ditempat sekitar 20 menit. Keanehan berikutnya terlihat dari beberapa orang dengan menggunakan seragam seperti pakaian teknisi menggunakan mobil teknisi bandara melaju mendekati badan pesawat dan ramailah para teknisi dan operator teknis pesawat berkumpul dibawah badan pesawat.

Posisi duduk saya yang berada dibagian pinggir dekat jendela membuat saya dengan jelas bisa menyaksikan keramaian yang terjadi dibawah sana. Tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa pesawat untuk sementara tidak bisa melakukan penerbangan karena terjadi kerusakan pada mesin bagian mesin pesawat dan kami pun diturunkan dan kemudian diminta untuk menunggu di dalam ruang tunggu bandara sambil menanti mesin pesawat yang rusak diperbaiki. Kami pun diberi tiket transit jika ingin berganti dengan pesawat yang lain dengan tujuan Jakarta, spontan berbondong-bondong penumpang menuju loket informasi untuk mengganti penerbangan dengan pesawat lainnya dan kebetulan saat itu terdapat beberapa kursi kosong pada pesawat Garuda namun tak bisa menampung semua penumpang. Sialnya saya termasuk orang yang tidak kebagian kursi kosong itu karena kalah cepat oleh penumpang lainnya. Walhasil saya dan penumpang lainnya yang tidak kebagian kursi kosong Garuda harus menunggu sampai mesin pesawat tersebut selesai diperbaiki dan kami diinformasikan kalau pesawatnya direncanakan terbang pada pukul 9 malam.

Apa dikata kami pun hanya bisa pasrah menunggu dibandara. Pukul 9 malam yang semula direncanakan pesawatnya akan terbang ternyata masih molor juga. Nanti pukul 9:25 malam baru kami diterbangkan dari Jogja menuju Jakarta. Sebuah pengalaman yang menjengkelkan sekaligus mengkhawatirkan jika sewaktu-waktu mesin pesawat yang tadinya diperbaiki penyakitnya kumat dalam perjalanan atau pada saat akan mendarat. Untungnya penerbangannya aman-aman saja dan kami semua selamat sampai ditujuan(*)

Minggu, 23 Agustus 2009

Seminggu di Jogjakarta

Sudah seminggu saya berada di jogjakarta. saya tak pernah menyangka sebelumnya akan singgah dan tinggal untuk beberapa tahun disini. setelah Makassar, Jogjakarta adalah kota berikutnya yang menjadi tempat perantauan saya untuk menjalani study. saya melanjutkan study S2 di jurusan sosiologi Ugm, paling tidak mungkin sekitar 2 tahun saya akan tinggal disini, berharap bisa menambah pengetahuan baru tentang sosiologi dan ilmu-ilmu sosial pada umumnya. banyak hal baru yang saya jumpai disini yang menuntunku untuk lebih banyak belajar dengan lingkungan baru.

saya belum punya banyak teman disini. saat ini saya tinggal di kamar kost Arfah, teman Sma dulu di Bau-Bau. kuliah perdana baru akan dimulai awal bulan 10 nanti. semoga kota ini menjadi tempat yang nyaman buat saya untuk menuntut ilmu di negeri rantau (*)

Minggu, 16 Agustus 2009

Menikmati sore di Benteng Roterdam makassar

tadi sore saya bersama teman (obit&ari) putar-putar melihat kota makassar. entah kenapa saya selalu rindu dengan kota ini ketika untuk beberapa waktu lamanya meninggalkannya. maklum sebulan lebih saya berada di Bau-Bau, tanah kelahiran dan tempat saya tumbuh hinggah remaja. kota ini bukanlah tempat kelahiran saya, namun ada banyak hal yang membuat saya menganggap bahwa kota ini telah menjadi rumah yang nyaman buat saya untuk ditinggali. saya baru tiba dari Bau-Bau tadi malam dan sudah tidak sabar untuk berkeliling kota melihat perubahan dan perkembangan yang terjadi di makassar.

setelah berkeliling melihat kota, saya dan teman-teman berniat untuk menghabiskan sore di pantai Losari sambil menyaksikan sunset. saat melintasi jalan penghibur tepatnya di depan Zona, jalanan menjadi macet. iring-iringan kendaraan bermotor dengan mengenakan kostum dan jaket seragam berwarna merah hitam tiba-tiba melintas dengan kawalan mobil sirine polisi. tepat di depan benteng roterdam, iring-iringan kendaraan tersebut belok dan langsung ke area prkir di depan benteng. saya jadi penasaran ada kejadian atau kegiatan apa hingga puluhan iring-iringan motor tersebut masuk ke area depan benteng tersebut. karena penasaran, saya dan teman-teman pun memutuskan untuk berhenti dan mencari area parkir mobil yang kami tumpangi untuk menyaksikan kegiatan yang sedang berlangsung di depan benteng tersebut. rupanya lagi ada panggung hiburan musik dan parade modifikasi motor yamaha disitu yang membuat jalan penghibur di depan benteng menjadi macet.

rencana menghabiskan sore di pantai losari untuk menikmati sunset tidak jadi. nampaknya kegiatan yang diadakan oleh Yamaha nampak lebih menarik daripada menyaksikan sunset di Losari, apalagi di sudut kanan depan benteng lagi ramai sejumlah cewe-cewe cantik berkumpul dengan kostum ciliders. nampaknya pemandangan tersebut mengalahkan keindahan matahari yang akan terbenam yang bisa disaksikan dari depan pantai losari. selang lima menit kemudian ternyata sejumlah cewe-cewe cantik tersebut naik panggung hiburan dan mengisi acara hiburan dengan sejunmlah atraksi dan dancing yang menarik untuk ditonton. setelah atraksi cewe-cewe cantik ciliders tersebut usai pentas di atas panggung, bagi saya tidak ada lagi pertunjukan yang menarik dari kegiatan tersebut. ini mungkin sangat subyektif tapi itulah penilaian saya.

ramai orang yang menyaksikan acara yang disponsori oleh perusahaan motor yamaha tersebut, dan rupanya iring-iringan motor yang sempat membuat jalanan tadi macet adalah rombongan club motor Yamaha Jupiter dan Mio asal Pangkep. bukan hanya club Motor dari Pangkep, tidak kalah kelompok motor dari Jeneponto pun ikut memeriahkan acara tersebut. Di sudut lain juga tidak kala ramai orang keluar masuk pintu gerbang benteng roterdam. saya pun ikutan masuk menyaksikan seperti apa kondisi di dalam benteng tersebut. setelah tujuh tahun berada di kota makassar, ini kali pertama saya masuk ke dalam benteng tersebut. entah kenapa sebelumnya saya tidak pernah tertarik datang ke tempat tersebut. dua hari lalu tutur obit ada pameran benda-benda bersejarah dari seluruh kabupaten-kota di Sulsel dipajang di dalam benteng dan kemarin malam pameran tersebut telah ditutup. sayang saya tidak sempat menyaksikannya.

saya takjub menyaksikan arsitektur benteng Roterdam. bangunan-bangunan tua gabungan sentuhan tangan pribumi dan khas desain Belanda masih kokoh berdiri. taman-taman disepanjang pekarangan benteng menambah artistiknya pemandangan. sebuah peninggalan sejarah yang bisa menceritakan kepada kita akan banyak hal tentang situasi dan peristiwa yang terjadi di zaman pendudukan Belanda atas kota ini. benteng ini pertama kali dibangun oleh raja Gowa X, Imanriogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, dan pada tahun 1634 pembangunannya dilanjutkan oleh raja Gowa XIV Imanggarangi Daeng Manrabia Sultan Alaudin. Sebelumnya benteng tersebut bernama benteng Panyua namun setelah Belanda menaklukan kota ini, benteng tersebut berganti nama menjadi benteng Roterdam, dan setelah belanda hengkang dari kota ini akibat penguasaan pasukan Jepang, benteng tersebut dialih fungsikan menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan. Benteng ini menjadi pertahanan atas serangan musuh yang datang dari bibir pantai bagian barat kota Makassar, sekaligus memantau aktifitas yang terjadi di sekitaran perairan Makassar. Sebagian besar benteng di negeri ini dibangun untuk sebuah pertahanan, hampir sama dengan benteng keraton Buton di bau-bau, hanya bedanya benteng keraton buton di desain selain untuk pertahanan dalam negeri juga ditempati sebagai pemukiman warga, dan beda yang lainnya benteng keraton Buton didesain sepenuhnya oleh orang pribumi, sedikitpun tanpa campur tangan maupun tambahan bangunan dari orang asing. sayangnya saat saya berkunjung ke dalam benteng tersebut, museum Lagaligo sudah tutup jadi tidak sempat menyaksikan apa saja benda-benda sejarah dan purbakala yang ada di dalamnya.

Perjalanan menyaksikan jalan-jalan kota Makassar menjadi begitu berkesan dengan menghabiskan sore di benteng roterdam. Saya pun menjadi penasaran untuk melihat lebih banyak lagi apa saja warisan sejarah masa lalu yang masih tersimpan dalam benteng tersebut. Suatu saat saya akan kembali untuk menyaksikannya (*)

Jumat, 07 Agustus 2009

berharap bisa ikut penelitian

tadi barusan saya mendapat telpon dari teman di makassar. katanya dalam waktu dekat, mungkin minggu depan akan ada proyek penelitian selama satu bulan, lokasinya di beberapa kabupaten di Sulawesi selatan. teman saya juga belumtahu persis tentang apapenelitian tersebut,yang jelas dia dihubungai sama senior yang biasa mengajak kami untuk ikut dalam proyek-proyek penelitiannya, katanya sih dia diberitahu oleh senior tersebut untuk menghubungi saya agar menyiapkan CV untuk diikutkan dalam proyek penelitian tersebut. ia ingin menghubungi saya langsung tapi nomor kontak saya terhapus di handponnya.

Tambahnya, fee yang akan diberikan dari hasil kerja penelitian itu cukup lumayan, sedikit lebih besar dari penelitian survei sosial ekonomi rumah tangga yang sama-sama kami ikuti beberapa bulan lalu di Toraja. saya sempat tergiur dengan ajakan tersebut sebab jika dihitung-hitung fee yang saya dapatkan dari hasil penelitian suseti yang saya ikuti beberapa bulan lalu itu cukup besar. artinya saya akan punya kesempoatan menabung untuk beli pakaian baru buat lebaran nantinya..heehe

senang rasanya ada kesempatan buat turun penelitian lagi. Saya tidak menolak ajakan tersebut, namun saya masih mempertimbangkan kerjaan yang belum selesai di bau-bau bersama teman-teman respect. seandainya kerjaan ini bisa segera rampung dan masih memungkinkan untuk terlibat dalam penelitian tersebut mungkin saya akan segera berangkat ke makassar.

Kamis, 16 Juli 2009

mendaftar pasca sarjana di Ugm

beberapa hari ini saya lagi mempersiapkan beberapa berkas untu kelengkapan pendaftaran magister di jurusan sosiologi Ugm, mulai dari surat keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari dosen, transkrip ijazah yang sudah dilegalisir, keterangan toefl, dan beberpa kelengkapan tambahan lainnya. moga-moga hari senin nanti semua telah rampung dan bisa langsung saya kirim ke yogyakarta.

moga-moga saja kali ini saya bisa diterima disana, amien.

kabar duka dari sahabatku jeto



sore itu saya sementara asyik maen game bola di pondokan, tiba-tiba k'ipink menelpon memberi kabar kalau bapaknya jeto sekarang masuk kamar iccu untuk mendapatkan pernapasan tambahan dari tabung oksigen karena otaknya mengalami gangguan dan praktis tidak berfungsi lagi akibat paska operasi tumor di perutnya. saya pun langsung berbegas menuju rumah sakit DR Wahidin, namun setiba disana, saya langsung mendapat kabar duka kalau bapaknya Jeto kini sudah berada di kamar mayat. innalilahi wainna ilahi rajiun.

saya tidak menyangka secepat ini almarhum meninggalkan keluarganya. padahal semalam, sebelum operasi dilakukan, saya menjenguk beliau di kamar perawatan di ruang palem, beliau pun masih sempat bercanda dengan kami. saya masih ingat waktu beliau bilang, jika pada saat wisudanya jeto pada saat menyelesaikan S1 dulu dia tak sempat datang, maka jika ia sehat setelah operasi, beliau janji akan menghadiri acara wisuda S2 anaknya itu dan dia pun menjanjikan untuk menyediakan anggaran khusus untuk membuat acara syukuran wisuda jeto kelak.

namun sapa sangka, malam itu ternyata adalah moment terakhir bagi beliau dan keluarganya untuk bercanda dan bersunda gurau. sedikit pun tak tergiang di wajahnya tentang kekhawatiran, kepanikan atau keputusasaan menghadapi detik-detik dilakukannya operasi. mungkin beliau sudah tahu jika ajalnya sudah dekat, makanya ia beruasaha menyembunyikan perasaan tersebut dihadapan keluarganya.

semoga jeto dan keluarga yang ditinggalkan almarhum dikuatkan hati dan bathinnya oleh Allah.

selasa, 14 juli 09

Rabu, 10 Juni 2009

bertemu Atikurahman

kemarin saya ke bombana mengikuti teman2 dari tim IKA Center JK For president. jarak kabupaten Bombana dari kota kendari berkisar 200 km. jika kondisi jalan raya normal, dengan jarak segitu kira-kira bisa ditempuh dalam waktu 2-3 jam. namun karena kondisi jalan dari Konawe Selatan menujun Bombana yang kurang baik ditambah ada beberapa kilometer jalan raya yang rusak parah ketika memasuki daerah bombana mengakibatkan perjalanan yang ditempuh sangat lambat sehingga perjalanan dari kota kendari ke bombana sekitar 5 jam.

perjalanan itu sangat melelahkan, posisi duduk saya dibagian paling belakang mobil, sehingga getaran mobil begitu terasa ketika melewati jalan yang bolong dan rusak. untung saja saya tidak muntah selama perjaslanan, padahal perut saya terus saja digoncang oleh getaran mobil Xenia karena melintasi jalan rusak.

ketika tiba di bombana, kami langsung ke Rumah Jabatan Bupati karena sudah dijadwalkan oleh protokoler Bupati untuk bertemu Atikurahman. sekitar 30 menit menunggu di rujab, kami langsung dipersilahkan masuk ke ruang tamu Bupati untuk bertemu Atikurahman. saya sudah sering mendengar nama Atikurahman, namun baru kali ini punya kesempatan bertemu dengannya. atikurahman terkenal sebagai Bupati yang selalu berada dalam kontrol anaknya yang bernama haikal. satu-satunya putra laki-laki Bupati berdarah bugis bone ini. kabarnya, haikal lebih berkuasa dari bapaknya.

atikurahman adalah salah satu alumni unhas yang sukses berkarir di Sultra. dan kabarnya, kesuksesan atiku (begitu sapaan akrabnya) menjadi Bupati Bombana karena mendapat bantuan dan restu Jusuf Kalla. saat berdiskusi dengan atiku, ia banyak bercerita tentang bagaimana sosok JK dimatanya. menurutnya, JK adalah orang yang paling berjasa menghantarkannya ke kursi Bupati Bombana, dan akan membantu memenangkan pasangan JK-Win di bombana sebagai balas jasanya, apalagi Jk dan Atiku sama-sama satu almamater dari Unhas.

suasana diskusi berjalan akrab. pertemuan itu sedikit menepis pikiran saya tentang sosok atiku. selama ini saya mendengar banyak cerita tentang sosok atiku yang angkuh dan tidak komunikatif, namun kami disambut baik dan ramah olehnya.

Selasa, 14 April 2009

sehari yang melelahkan

hari ini begitu melelahkan rasanya untuk dilewati. pagi2 saya sudah mandi, prilaku yang sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. sudah hampir satu bulan saya nda bisa bangun pagi apalagi mandi pagi.
segelas teh dan dua batang rokok djie sam soe menjadi sarapan penghangat suasana untuk memulai aktifitas. sesudah sarapan, kupanaskan motor honda jazz kebanggaanku. bersiap keliling kota makassar dengan motor tua yang berumur 19 tahun. saya lupa membawa jaket atau switer saat keluar, wal hasil kulit saya langsung terkontaminasi oleh sengatnya panas matahari, setelah hampir sebulan pula tidak pernah berpanas-panas ria di jalan raya.

sekitar jam enam sore agenda saya untuk hari ini akhirnya selesai juga, walaupun belum tuntas semuanya dan harus dilanjut lagi besok pagi. lelah menjalani hari, menghantarkan kaki ku menuju warkop visioner, tempat ku selalu melepas lelah sambil minum teh susu khas racikan jajang.

semoga ini akan jadi awal baik untuk membiasakan kembali mandi pagi lagi.

Jumat, 27 Maret 2009

tidak lulus test UI

beberapa hari ini saya sangat susah tidur, selalu gelisah, dan kayak orang linglung nda tau harus buat apa. setelah membaca pesan dari panitia Simak Ui d acout yang saya buat saat mendaftar, sekejap saja saya jadi kayak orang yang kehilangan arah. betapa tidak, rencana yang saya susun sejak setahun yang lalu akhirnya harus kandas karena saya tidak lulus test pada seleksi tahap I Simak Ui.

Selasa, 03 Februari 2009

bermain futsal tampa sepatu

Tadi sore saya abis main futsal di gedung eks goro bersama teman-teman alumni sosiologi. saya sangat senang bermain futsal bersama mereka. selain untuk olahraga, dengan main futsal, saya bisa silaturahmi dengan alumni-alumni muda sosiologi, mulai dari angkatan 99 sampai teman angkatan saya 2002.

Bukan main capeknya bermain futsal. Baru sepuluh menit bermain, nafas saya sudah ngos-ngosan. Maklum akhir-akhir ini saya jarang olahraga. Parahnya lagi, saya satu-satunya pemain yang tidak menggunakan sepatu saat bermain. Untung saja tidak ada larangan jika tidak menggunakan sepatu tidak boleh ikut bermain. Hanya saja, saat memasuki lapangan, saya jadi malu sendiri karena semua yang datang bermain futsal di sana menggunakan sepatu tapi setelah menendang bola, akhirnya perasaan malu saya itu seakan-akan hilang digantikan oleh semangat untuk mencetak gol ke gawang lawan..hehehehe.

Selasa, 20 Januari 2009

mendaftar di UI

Saya barusan saja membuat acount untuk pendaftaran on Line program magister di Universitas Indonesia. Saya memilih program studi sosiologi, jurusan yang linear dengan program studi saya di S1, namun saya belum membayar uang pendaftaran. Rencananya dua hari kedepan baru akan membayar karena sekarang belum punya duit. Ketika mengisi beberapa form yang disediakan, saya merasa dek-dekan. Dengan penuh hati-hati saya mengisi satu persatu form tersebut.

Baru saja sudah selesai membuat acount, saya sudah merasa kayak anak mahasiswa UI ..hehehehe.. saya memilih mengikuti ujian masuk lewat panitia lokal. Ternyata UI juga menyediakan panitia lokal untuk melakukan seleksi ujian masuk tahap I di beberapa kota, jadi tak perlu ke jakarta lagi untuk mengikuti seleksi ujian masuknya. Program tersebut sangat memudahkan bagi calon mahasiswa yang berada diluar jakarta.

Semoga urusan pendaftaran saya lancar-lancar saja dan bisa sukses mengikuti ujian masuk yang diselenggarakan oleh panitia lokal tanggal 1 maret nantinya...Amien...

Jumat, 16 Januari 2009

Ikut meramaikan pesta demokrasi

Awalnya saya sama sekali tak tertarik untuk ikut-ikutan terlibat dukung-mendukung pada ajang pemilu legislative yang akan digelar 09 april nantinya. Beberapa bulan yang lalu banyak senior-senior dan teman-teman saya yang mengajak untuk terlibat membantu meramaikan pesta demokrasi tersebut yang kini tinggal dua bulan lebih. Sebelumnya saya sama sekali tidk tertarik karena merasa tidak punya kepentingan dalam momentum akbar itu.

Sekarang kondisinya berbeda. Saya jadi sumringah dan begitu bersemangat terlibat ikut dukung mendukung calon anggota legislative. Namun pilihan saya ikut terlibat bukan hanya sekedar keren-kerenan saja. Kebetulan ada kandidat yang punya visi sama dengan komunitas tenggara yang kami bangun di Makassar. Pertemuan kami dengan dia pun secara tak disengaja, dan tidak rumit untuk mempertemukan gagasan antara kami dengannya. Ditambah dia juga berasal dari buton. Ini bukan rasionalisasi namun seperti itulah kondisi yang mendorong saya untuk ikut terlibat.

Namun kepentingan saya dengan dia sedikit berbeda. Jika dia punya kepentingan untuk duduk di senayan, maka saya dan teman-teman berkepentingan ingin memperkuat jejaring tenggara lewat momentum tersebut. Dan dia bisa menjadi medium untuk tujuan kami. Ya, saling menguatkanlah paling tepat untuk menjelaskan alas an keterlibatan saya dan teman-teman.

Jumat, 02 Januari 2009

Ngopi bersama sahabatku Guntur

Kemarin, saya menghabiskan waktu semalaman bersama temanku guntur. saya selalu rindu dengan cerita konyol dan canda tawa dari dia. ia baru saja pulang dari samarinda untuk urusan bisnis penjualan kayu jati. katanya, sekarang dia lagi sibuk urus bisnis kayu jati untuk cari modal buat kampanye pencalonannya sebagai Caleg di Dprd Muna. ia transit di makassar dan memilih singgah selama satu minggu hanya untuk bertemu teman-temannya di kampus dulu. sekalian mau mengobati stresnya karena capek setiap hari disibukan dengan urusan konstituen.

Tak dirasa, selama mengobrol, saking asyiknya cerita, kami menghabiskan empat gelas kopi dan tiga bungkus rokok sampoerna. dia banyak bercerita tentang susahnya membangun kepercayaan dan membranding diri di dalam masyarakat. sebab banyak politisi senior, terutama politisi lokal dari Golkar yang menjadi saingan berat di Dapilnya. dari segi strategi dan manajemen lapangan, saingannya jauh lebih berpengalaman. namun dia tak pernah putus asa berjuang dan bertarung untuk bisa duduk di Dewan Muna.

Guntur adalah sosok teman yang lucu, kocak, dan menyenangkan. ia juga cukup ambisius dengan sejumlah cita-cita besarnya. ia lebih memilih pulang ke daerah daripada bertahan di kota makassar. Karena menurut hitungannya, ia akan bisa lebih sukses ketika membangun karier mulai dari daerah kampung halaman, ketimbang mencari kerja di makassar, walaupun ada sejumlah senior yang mengajaknya untuk kerja di sini.

Ya, begitulah sahabatku Guntur. kami sudah berteman sejak semester dua di kampus. semoga dia sukses dengan pilihannya sekarang. memilih dunia politik sebagai panggung untuk berjibaku dengan kerasnya hidup.

mimpi untuk 2009

Ada sejumlah harapan yang tergenggam erat di tanganku untuk tahun 2009 ini. Namun dari sejumlah harapan itu, keinginanku untuk lanjut studi paska sarjana di Universitas Indonesia adalah yang paling prioritas. naumn, tidak menafikan sejumnlah harapan kecil lainnya.

Saya tidak ingin muluk-muluk membuat perencanaan yang terlalu banyak dan besar untuk tahun ini. soalnya, jika terlalu banyak rencana yang dibuat, malah akan membuat saya terbebani sendiri oleh harapan-harapan tersebut untuk diwujudkan. namun ada sejumlah persoalan yang belakangan membebani pikiran saya. pendaftaran paska sarjana di Ui untuk jurusan sosiologi baru akan di buka maret nanti, dan saat ini saya agak bingung harus buat apa untuk menunggu waktu itu tiba.

banyak teman yang memberi saran untuk mencari kerja saja dulu sambil menunggu waktu seleksi di Ui tiba. ada juga keluarga yang menyarankan untuk kembali saja dulu ke bau-bau untuk waktu satu sampai dua bulan. hitung-hitung ada pekerjaan yang bisa dilakukan di kampung.

yah, itulah harapan terbesar saya tahun ini. bisa melanjutkan studi. namun, untuk menunggu waktu seleksi masuk Ui tiba, saya tidak mau ribet-ribet. yang jelas, saya bisa bertahan hidup mandiri samb il menunggu waktu itu tiba.