Rabu, 12 November 2008

haahahaha ...


Saya pernah menulis sebuah tulisan singkat dengan judul “untuk sebuah harapan yang lebih baik”, namun tulisan itu tidak diterbitkan di blog ini, karena saya hanya menyimpannya pada blog franster. Di tulisan itu saya sedikit menyinggung rencana untuk lanjut sekolah di UI. Di tulisan itu juga, saya bilang kalau sudah membeli formulir untuk ujian masuh magister sosiologi lewat senior yang sementara kuliah di sana, karena dia bilang sudah membelikan formulirnya. Ternyata sehari saya menulis tulisan tersebut, dia menelp[os saya dan memberitahukan kalau dia tidak jadi membelikan saya formulir pendaftaran karena jurusan Sosiologi di Ui untuk sementer genap tahun ini tidak dibuka. Jurusan Sosiologi akan membuka penerimaan lagi nanti pada semester ganjil atau tahun ajaran baru.

Saya sangat kaget mendengar informasi tersebut. Namun saya belum yakin dengan informasinya. Saya coba buka Web UI dan coba mendaftar secara On Line lewat Web tersebut. Pada saat mengisi formulir pendaftaran dan giliran mengisi jurusan atau program studi yang akan dipilih, memang Jurusan Sosiologi tidak ada dalam daftar jurusan yang dibuka pada semester genap kali ini.

Seketika saya langsung menarik nafas panjang. Saya sungguh terkaget menerima kenyataan tersebut. Namun harus gimana lagi, terpaksa saya harus bersabar menunggu sampai penerimaan semester ganjil nanti. Itupun harus melewati test dan belum tentu bisa lolos!
Sekarang, saya lagi sibuk mengikuti survei sosial ekonomi rumah tangga (Suseti) yang dilakukan oleh Survei Meter, sebuah LSM dari Jogja. Kegiatan surveinya selama satu bulan. 9 hari di makassar dan selebihnya di kabupaten Toraja. Ya, lumayan bisa sedikit mengobati kekecewaan ku karena tidak bisa secepatnya lanjut sekolah. Hitung-hitung juga bisa sedikit menabung ..heheehehe..

saya pun terpaksa untuk sementara break mengikuti program privat bahasa inggris. Mungkin sekitar 3 minggu saya tidak mengikuti privat karena harus ke Toraja, namun setelah selesai survei saya akan melanjutkan program privat tersebut.

Satu yang saya yakini sekarang, bahwa pilihan ku mengikuti penelitian Survei Meter adalah proses untuk sebuah harapan yang lebih baik ...

Senin, 03 November 2008

Fenomena Kerasukan

Dua malam lalu, saya menghadiri undangan untuk membawakan materi pada kegiatan Latihan Kader Dasar (LKD) Kemasos Fisip untuk mahasiswa baru di gedung KIPP Maros. materi saya dalam jadwal yang diberikan oleh panitia seharusnya dimulai pada pukul 21:30 Wita, saya pun meluncur ke lokasi kegiatan sekitar pukul 20:40 dan sampai di lokasi kurang 15 menit pukul 21:30.

Ketika tiba di lokasi, panitia LKD dan instruktur yang akan mendampingi saya membawakan materi bukannya siap-siap untuk memulai materi, mereka malah sibuk mengurusi peserta Lkd yang kerasukan. saya pun kaget menyaksikan beberapa orang peserta dan panitia yang tergeletak di lantai sambil teriak-teriak. ada yang histeris karena kesakitan diobati oleh p’ustaz, ada juga yang teriak-teriak sambil bicara tak karuan karena tak sadarkan diri.

Dari cerita yang dituturkan oleh panitia, mulanya yang kerasukan hanya 1 orang, namun karena yang kerasukan tersebut teriak-teriak saat kerasukan sehingga mengganggu psikologi peserta lainnya dan akhirnya beberapa orang peserta Lkd lainnya tiba-tiba jatuh pingsan dan tak lama kemudian juga ikut kerasukan. hanya dalam waktu 10 menit, sudah ada lebih 10 orang yang tergeletak karena kerasukan.

kegiatan Lkd pun terhenti untuk sementara, karena panitia jadi disibukan oleh peserta yang kerasukan. tidak hanya peserta, 2 orang panitia pun juga ikut kerasukan. karena tidak kondusif untuk melanjutkan kegiatan Lkd, maka materi saya di tunda besok pagi. terpaksa saya menginap di tempat Lkd. untung ada kamar panitia yang bisa ditempati untuk tidur.

Fenomena kerasukan sepertinya menjadi masalah tahunan yang sering muncul pada kegiatan Lkd. seingat saya, tiga tahun berturut-turut setiap kegiatan Lkd Kemasos selalu saja ada peserta yang mengalami kerasukan. Namun yang kerasukan paling hanya 2 atau 3 orang saja. tapi kali ini yang kerasukan begitu banyak, hampir 20 orang termasuk panitia. sebuah pertunjukan yang jarang terjadi pada kegiatan LKD Kemasos.

Sains modern masih belum bisa menjelaskan dengan baik kenapa seseorang bisa mengalami kerasukan? Saya pernah diskusi dengan P’Edi, seorang dosen Fisika yang mengajar di Unhalu, dia menjelaskan kepada saya bahwa fenomena kerasukan atau kemasukan roh sebenarnya bisa dijelaskan dengan sains modern. Menurutnya, ilmu sihir ataupun roh yang masuk dalam diri seseorang adalah energi yang dimiliki oleh seseorang yang ditransfer atau dialirkan ke tubuh orang lain melalui gelombang sehingga orang yang dirasuki jadi tak sadarkan diri karena kekeuatan energi yang masuk kedalam dirinya.

Akhir-akhir ini banyak ilmuwan yang mengembangkan kajian fisika ke kajian metafisika, dan menurut P’Edi hal tersebut sudah melanggar etika sains modern khususnya ilmu fisika. saya juga kurang mengerrti dengan penjelasan yang diberikan olehnya, yang saya tahu ketika seseorang mengalami kerasukan, maka ia kadang tak sadarkan diri dan kadang juga tak mampu mengingat kejadian yang dialami selama kerasukan. prilaku orang yang karasukan pun terkadang aneh dan jauh dari kebiasaan yang dia lakukan ketika dalam keadaan sadar.