Selasa, 30 Desember 2008

Ditolak Responden


Wawancara adalah pekerjaan yang kadang rumit, kadang pula menyenangkan. Ketika wawancara, saya banyak bertemu dengan orang-orang yang berbeda karakter. Mulai dari orang yang suka bercerita walaupun tudak berhubungan dengan topic yang diwawancarakan. Bertemu dengan orang yang pendiam dan tertutup. Berhadapan dengan orang yang jutek saat wawancara. Kadang juga berjumpa dengan orang yang tidak sekolah dan berpengetahuan rendah, tidak tahu perkembangan dan informasi di luar lingkungannya.

Ketika bertemu dengan orang yang agak terbuka dan paham dengan tema pembicaraan, proses wawancara mungkin akan lancar-lancar saja. Jika bertemu dengan orang yang sedikit tertutup namun paham topic pembicaraan, topic pembicaraan mungkin saja tidak berkembang luas. Namun jika bertemu dengan orang yang terbuka namun tiak paham dengan topic pembicaraan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan responden ataupun bertemu dengan orang yang tertutup ditambah orang tersebut kurang berpendidikan, sudah pasri proses wawancaranya akan sulit, lama, dan tidak banyak informasi yang akan tergali dari proses tersebut.

Saya pernah bertemu dengan orang yang lumayan berpendidikan, saat berada di kelurahan lapandan, RT Kalembang, RW Tiropadang. Orang tersebut begitu dingin merespon ketika saya saya tanyya kesediaannya untuk diwawancarai. Saya menganggap teloah banyak memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan kegiatan penelitian tersebut, dan memberikan beberapa gambaran pula tentang kemungiki8nan out put dari data-data hasil wawancara. Namun penjelasan tersebut belum juga dapat meyakinkan orang tersebut. Apalagi ketika saya bilang, jika waktu yang dibutuhkan untuk wawancara bias 2 – 3 jam.

Ada satu pertanyaan dari orang tersebut yang membuat saya tersenyum miris. Pertanyaannya, apakah wawancara yang saya lakukan dengan dia akan menghasilkan dampak langsung secara ekonomi terhadap kehidupan rumah tangganya? Jika wawancara itu dapat dirasakan langsung manfaatnya dan nyata terhadap ekonomi rumah tangganya, ia akan punya banyak waktu untuk diwawancarai. Bahkan sampai 5 jam pun ia bersedia meluangkan waktunya! Namun jika hasil wawancara itu belum jelas bias berdampak langsung begi kehidupannya, waktu 2 – 3 jam terlalu berarti untuk dia sia-siakan bersama saya untuk wawancara.

Ia lebih memilih istirahat, karena besok pagi harus berangkat kerja. Dari pada harus begadang atau menunda waktu istirahatnya selama 3 jam untuk sesuatu yang belum jelas. Parahnya, ia pun tidak bersedia mencari waktu lain selain malam harti untuk diwawancarai. Memang, saya pun tidak berani memberi janji atau jaminan bahwa data hasil wawancara itu akan bermanfaat bagi dirinya. Namun setidaknya data-data seputar kondisi social ekonomi rumah tangga masyarakat sangat begitu penting untuk penyusunan sebuah program atau dasar pertimbangan pembuatan sebuah kebijakan yang berhubungan dengan social ekonomi masyarakat. Sebab terkadang, ada beberapa kebijakan yang dibuat tidak berdasarkan pada data-data ril kondisi social ekonomi masyarakat. Sehingga wajar saja jika kebijakan yang dihasilkan terkadang tidak tepat sasaran.

Akan tetapi, ada juga masyarakat yang menganggap bahwa data-data social ekonomi rumah tangga tidak akan berpengaruh atau membawa dampak positif atas kehidupan mereka. Seperti halnya kasus yang saya jumpai di RT Kalembang tersebut. Sebuah potret masyarakat yang hidup dengan perilaku take and give. Apa yang diberi dan apa yang bias didapatkannya.

Dalam ilmu social, perilaku seperti ini dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan perspektif teori pertukaran social. Seperti yang dijelaskan oleh Piter Blau, bahwa manusia atau masyarakat akan selalu berinteraksi atau melakukian pertukaran social dengan dasar dan landasan yang senantiasa dipengaruhi oelh kepentingan ekonomi. Yang secara sederhana diistilakan pola pertukaran take and give. Cara berpikir seperti inipun lebih sering melihat dan memandang sesuatu secara fisik dan dampak konkrit dari setiap interaksi serta pertukaran yang dilakukan.
Pikiran seperti ini akan menjadi kendala dan tantangan untuk kergiatan-kegiatan penelitian yang sifatnya social di masyarakat. Sebab kegiatan penelitian yang sifatnya social, hanya mampu menyediakn data ilmiah seputar kehidupan social ekonomi masyarakat, dan terkadang tidak bias menggaransi bahwa data ilmiah tersebut akan menghasilkan sesuatu yang konkrit ditengah-tengah tuntutan dan himpitan kebutuhan hidup manusia yang semakin kompleks.

Saya pun ditolak oleh seorang calon responden target pada survey social ekonomi rumah tangga, karena hanya mampu menjanjikan bahwakegiatan penelitian yang saya lakukan, out putnya hanya berupa data-data ilmiah seputar kondisi social ekonomi rumah tangga masyarakat saja. Dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Tidak lebih dari itu !
01 Des 2008

Tidak ada komentar: