Minggu, 31 Agustus 2008

Pengabdian ala Oemar Bakri !!!

Pengabdian ala Oemar Bakri !!!

guru adalah pahlawan tampa tanda jasa. Ya, orang-orang memberikan predikat kepada mereka yang bekerja atau berprofesi sebagai guru. Betapa tidak, terkadang gaji yang mereka terima tidak sesuai atau tidak cukup jika dibandingkan dengan pengorbanan yang mereka lakukanh untuk mengajar murid-murid atau anak-anak negeri ini dengan sejumlah pengetahuan.

Cerita-cerita kepahlawanan guru dalam mengajar anak-anak bangsa ini agar cerdas sudah sering saya dengarkan, dan hampir semua cerita yang saya dengan cenderung sama. Namun ada cerita berbeda yang saya dapatkan ketika berada di bantaeng. Cerita tersebut saya dapatkan langsung dari senior saya yaitu Ahmad Bahtiar Arma, yang akrab disapa K'Aba. Kebetulan, ia adalah Korlab kami pada survei yang saya ikuti. K'Aba adalah tenaga honorer yang mengabdikan diri untuk mengajar di SMU 2 Bantaeng sejak tahun ajaran baru 2007/2008.

sudah setahun ia mengajar di Smu tersebut. Gaji yang ia dapatkan dari mengajar sekitar Rp.350.000 perbulannya. Gaji mengajarnya ia terima sekali dalam tiga bulan. Selama mengajar, ia baru dua kali menerima honor dari sekolah, dan sudah enam bulan ia belum menerima honor dari kegiatan mengajarnya di sekolah tersebut.

Dari penuturan yang di ungkapkan K'Aba, nasib guru honorer seperti dirinya kini dalam suasana terjepit. Panggilan hati untuk mengabdi pada bangsa dan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga. K'aba sudah berkeluarga dan telah diberkahi seorang anak laki-laki. Bayangkan, bagaimana cara dia untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya jika sudak enam bulan ia belum menerima honor dari sekolah tempat ia mengajar! Menurut kepala sekolah, gaji mereka belum di berikan karena dana dari Diknas belum cair. Di Kabupaten Bantaeng, kini telah mempraktekan pendidikan gratis. Jadi, tidak ada lagi duit atau pungutan yang didapat dari orang tua murid atau pihak komite sekolah. Dulunya, ketika belum di praktekan pendidikan gratis, para guru honorer di gaji dari duit komite sekolah yang salah satunya bersumber dari sumbangan orang tua murid. Kini para guru honorer sepenuhnya hanya berharap dari anggaran Diknas yang diperuntukan bagi para guru bantu atau guru honor.

Enam bulan belum menerima gaji, tidak menurunkan semangatnya untuk terus mengajar dan mengabdi. Katanya, selalu saja ada rezeki yang diberikan Allah kepada dia ketika sudah tidak punya duit untuk sekedar membuat dapurnya berasap. Selama enam bulan tersebut, ia kadang mendapat uang serta makanan dari kegiatan mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang dilaksanakan Diknas atau pihak sekolah. Walaupun sedikit dan terkadang hanya mendapatkan nasi dos, ia tetap bersyukur atas nikmat yang didapatkannya.

Cerita lainnya yang membuat saya merenung yaitu, keberaniannya untuk menikah dengan modal pas-pasan. Istri k'aba kebetulan berasal dari keluarga kelas menengah dan sedikit masih punya darah bangsawan di Barru. Ia membagi pengalaman kepada saya, kalau ia sempat down dan putus asa bisa menikah dengan kekasihnya. Sebab istrinya sekarang (k'wana) sebelum menikah dengan k'aba, sudah dua kali datang dilamar oleh keluarganya yang secara ekonomi lebih baik jika dibandingkan dengan k'aba. Namun karena cinta yang ada pada mereka berdua sudah begitu dalam, tawaran lamaran tersebut dilak k'wana dengan halus dan akhirnya k'wana lebih memilih k'aba yang bekerja masih sebagaqi guru honor di Smu 2 Bantaeng.

Jika iwan fals punya lagu tentang Oemar Bakri, seorang pegawai negeri yang telah berhasil menciptakan banyak profesor dan menteri. Maka k'aba punya cerita berbeda. Ia adalah guru honorer yang belum terangkat sebagai pegawai negeri. Namun, juga punya semangat yang sama seperti Oemar Bakri. Ikhlas mengajar dan mengabdikan diri sebagai guru untuk pendidikan dan kecerdasan anak-anak negeri ini.


Tidak ada komentar: