Ini adalah cerita tentang perjalanan yang gagal. Teledor,
tidak bisa mengatur waktu sesuai agenda yang sudah terjadwal adalah bagian dari
kebiasaan aneh (untuk tidak mengatakannya kebiasaan buruk) yang ada pada diri
saya.
Kemarin , tepatnya hari kamis pagi, sekitar pukul tujuh lebih sedikit waktu
Baubau, saya memutuskan untuk ke Makassar. Sekitar pukul Sembilan pagi saya
menuju travel penjualan tiket pesawat untuk memesan tiket penerbangan Baubau
tujuan Makassar. Beruntung, saya masih mendapatkan satu seat kosong
terakhir untuk rute penerbangan tersebut
dengan jadwal penerbangan pukul 11.50 Wita (boarding 11.20 Wita).
Jika dirunut kronologisnya, selang waktu setelah membeli
tiket dengan jadwal penerbangan terpaut kurang lebih dua jam. Setelah membeli
tiket di sebuah travel dekat masjid raya Baubau, saya langsung pulang ke rumah
lalu mulai mempersiapkan pakaian dan sejumlah keperluan lainnya yang akan
dibawa ke Makassar. Saat lagi mengemas-ngemas barang, ponakan saya yang berumur
dua tahun lagi asyik bermain di dekat saya seraya mengajak untuk
menemaninya bermain. Seolah terhipnotis oleh ajakannya, saya seketika larut
dalam permainan yang dia ciptakan, kemudian asyik bermain bersamanya.
Saking asyiknya bermain, saya tak sadar kalau jam sudah
menunjukan pukul 11 lewat. Terkaget, saya langsung buru-buru mandi, kemudian makan siang.
Waktu kini menunjukan pukul 11.20 Wita. Saya lalu mulai panik tak karuan.
Sialnya, saat hendak keluar rumah, hujan deras seketika membasahi bumi. Ya
ampunnn, kecemasan akan ditinggal pesawat mulai menyelimuti pikiran dan suhu
tubuhku seketika terasa tak normal. Beruntung, ada mobil tangki air bapa
Hendra yang datang untuk mengisi air di rumah (bapa hendra tiap hari mengisi tangki mobilnya dari sumber air sumur di rumah saya) . Setelah tangki mobilnya terisi penuh,
saya lalu minta tolong untuk diantar ke jalan Betoambari untuk mencari taxi
atau angkutan umum arah bandara Betoambari Baubau. Sekitar lima menit berdiri
dipinggir jalan dengan guyuran rintik hujan, tak ada satupun taxi dan angkot
yang lewat, hanya bentor (becak motor) yang melintas. Tak mau berlama-lama
menunggu, saya pun langsung menahan bentor dan minta diantar ke Bandara.
Sekitar satu kilo meter menumpang bentor, kepanikan saya
makin menjadi-jadi karena bentor yang saya tumpangi melaju dengan lambat.
Karena hujan perlahan mulai reda, saya pun memutuskan untuk mengganti tumpangan
dengan ojek. Kesialan tak kunjung menjauh, belum cukup satu kilometer kira-kira
perjalanan dengan ojek, hujan tiba-tiba mengguyur lagi dengan deras. Pengendara
ojek bertanya pada saya, apa kita berteduh untuk menghindari guyuran hujan atau
kita tembus saja hujan dengan risiko kebasahan? Saya meminta ojeknya untuk
terus saja melaju (saya bilang ke pengendara ojek akan menambah ongkos sebagai
kompensasi mengantar saat hujan) dengan cepat sekalipun hujan terus mengguyur
dan jarak pandang agak terganggu dan jalanan cukup licin karena basah.
Saya pun akhirnya sampai di bandara Betoambari Baubau. Saat
memasuki area parkir bandara, zzmmmmm, pesawat Lyon meluncur dari balik ruang
tunggu bandara, menukik tajam seolah menembus langit. Huuffffffft, saya hanya
bisa melotot memandangi pesawat yang melaju kencang terbang lalu hilang di
balik awan.
Saya pun menjadi tontonan orang-orang yang berdiri di depan
bandara. Saya menangkap ada kesan iba dari sorot mata orang-orang yang
memandangi saya. Mungkin saja ada diantara mereka yang berujar dalam hati “kasian orang ini, sudah basah kuyup
kehujanan, ditinggal pesawat lagi”.
Ya, sekalipun hari itu saya gagal terbang. Rencana untuk ke Makassar tak padam. Hanya berselang sejam, saya langsung berburu tiket karcis, eh maksudnya tiket pesawat untuk penerbangan besok karena pesawat yang harusnya saya tumpangi tadi adalah penerbangan terakhir dari bandara Betoambari Baubau.
Ya, sekalipun hari itu saya gagal terbang. Rencana untuk ke Makassar tak padam. Hanya berselang sejam, saya langsung berburu tiket karcis, eh maksudnya tiket pesawat untuk penerbangan besok karena pesawat yang harusnya saya tumpangi tadi adalah penerbangan terakhir dari bandara Betoambari Baubau.
Baubau, 31 Mei 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar